Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2018

Pernikahan dan Perjalanan Pemikiran Tak Berkesudahan (2)

Oke, lanjut ya... Dari cerita yang kemarin . Setelah dia menyanggupi, saya justru kelabakan sendiri. Dia menganggap bahwa saya nembak  dia. Padahal kalau boleh jujur, saya suka sama dia saja belum. Ini bukan tentang gengsi atau harga diri, you name it . Tapi kacamata kuda saya saat itu melihat kalau orang ini belum bisa memenuhi kriteria yang saya pasang seperti orang yang saya ceritakan sebelumnya. Mengapa demikian? 1. Awal perkenalan pada obrolan santai, ia mengaku pada saya bahwa ia belum berorientasi untuk menikah dalam waktu dekat. 2. Masih ingin lanjut S3 sambil kerja untuk menyenangkan orang tuanya. 3. Saat itu dia belum menyelesaikan studi masternya, belum berpenghasilan tetap, sementara saya justru sudah bekerja. 4. Pada beberapa pandangan dan tindakan dalam wacana agama, saya belum merasa cocok untuk dipimpin oleh lelaki seperti dia. Saya realistis betul dan bisa mahfum atas pertimbangan tersebut. Oleh karena itu, kalimat saya yang terdengar nanting  itu sebenarn

Pernikahan dan Perjalanan Pemikiran Tak Berkesudahan (1)

Setelah sekian lama, akhirnya saya memberanikan diri untuk menulis lagi dalam rangka murni berbagi. Ya, tulisan ini murni saya buat untuk curhat. Dengannya saya sudah cukup siap untuk dicacat sekaligus dihujat. Sebab saya tahu betul, butuh waktu lama bagi saya untuk kembali mengumpulkan tekad menulis dari hati seperti dulu lagi. Yang tak berbumbu teori yang ndakik-ndakik , yang katanya tulisan curhat itu nilainya picisan, tapi justru melegakan, meskipun juga memalukan. Cukup sudah intronya. Langsung saja, saya ingin menulis kegalauan saya tentang pernikahan. Baiklah, saya awali dari sini:  Kalau kalian semua tahu, mungkin juga me nebak, saya mengalami perubahan penampilan sejak tahun 2014 silam. Wacana agama memang melingkupi kehidupan saya sejak ibu saya mangkat. Saya menemukan ketenangan di sana, dan akhirnya saya memutuskan untuk berislam secara totalitas dan tidak lagi setengah-setengah. Kalian boleh bilang hal itu adalah sebuah eskapisme sesaat. Muthia dengan ‘hijr