Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2014

(Un)Fairy Tale #9 - Kalo Aku Idealis, Kalo Aku Aktivis

Kalo aku idealis, kalian masih mau nggak ngobrol sama aku? Kalo aku aktivis, kalian masih mau nggak temenan sama aku? :')   "Admin Sasing resign. HMJ sekarang kudu ngurus birokrasi sendiri dan nggak ada yang bantuin lagi ngurus pencairan dana ke Dekanat," kata Karin saat jeda kuliah pagi itu. Astrid sudah menduga hari ini akan terjadi, hari dimana orang yang bekerja rodi setiap hari yang sering ia repoti perkara birokrasi HMJ akan mengundurkan diri. "Aku udah ngira dari awal ujungnya bakal kayak begini. World Class University ini emang belum tau caranya memperlakukan karyawan-karyawan loyal semacam mbak Tina," jawab Astrid datar. "Maksudnya?" tanya Ifa. Astrid pun mulai berorasi. Ia jelaskan detil perkara mengapa mbak Tina akhirnya memutuskan untuk resign . Kesibukannya yang sedang melanjutkan studi S2 dan pekerjaannya yang segunung membuatnya menyerah secara perlahan. Entah itu pesanan dari dosen, mahasiswa, atau tekanan dari birokrasi fakul

Komunitas SOTO BABAT dan Perubahanku

Hanya 10 pertemuan tapi berhasil membawa banyak perubahan. Sore ini merupakan pertemuan ke-8 dan masih ada dua pertemuan lagi. Entah benar atau hanya sekedar persepsi pribadi, SOBAT (akronim dari SOTO BABAT) ini sudah memberi banyak perubahan dalam hidup saya. Saya yang dulu hanya menulis dengan gaya bahasa menye-menye , berbasis curhat picisan, dan tergantung mood, sekarang bisa berubah haluan. Saya merasa tulisan saya semakin tegas dengan isinya, berbasis pada apa yang saya pelajari, dan mampu bertahan dalam tekanan deadline . Percaya? Saya sendiri juga hampir tidak percaya. Sejak saya menjadi bagian dari SOBAT, saya merasa malu untuk terus menulis tulisan yang cengeng dan berbau labil.  Ya, saya memang masih diizinkan untuk menulis literatur bernuansa romansa, tetapi harga diri saya berkata saya pantang menulis untuk mengiba. Sekali pun saya harus "curhat" di dalam tulisan saya maka saya membuat patokan bahwa saya sudah harus mampu mengambil hikmah dari selipan curh

(Un)Fairy Tale #8 - Piring Kedua Takkan Pernah Senikmat Piring Pertama

"Kenapa kamu nggak kasih salah satu dari mereka kesempatan kedua sih, nek?" tanya Ifa. "Tolong sebutin paling enggak tiga alasan aja... yang mengharuskan aku ngasih kesempatan kedua buat mereka?" balas Astrid yang balik bertanya. Ifa berpikir lama. Ia tahu bahwa kekecewaan Astrid di masa lalu membuatnya menjadi lebih keras dengan keadaan. Ia sadar, sahabatnya ini memang ingin lebih selektif dalam memilih pasangan. Jadi pantas jika sekarang ia begitu tegas ketika Mas Igo dan Mas Dion mencoba untuk ingin kembali merebut hati Astrid. "Aku tahu kamu kecewa, tapi apa kamu nggak mencoba buka hati lagi sih?" bujuk Ifa sekali lagi. Mas Dion dan Mas Igo adalah beberapa laki-laki yang sempat mengisi hati Astrid dalam setahun terakhir ini. Ia sempat mencoba membuka hati dan tidak terlalu terpaku pada Hanung untuk kurun waktu yang lebih lama. Sehingga ia putuskan untuk memenuhi saran teman-temannya, yaitu berpacaran lagi. Dion adalah laki-laki yang humoris, te

(Un)Fairy Tale #7 - Mental Tempe

Sehari, dua hari, tiga hari sejak pengumuman yang dikabarkan oleh Susi, Astrid menjadi uring-uringan sendiri. Ia butuh motivasi. Ia gelisah. Ia bingung harus bagaimana. Air wudhu sudah ia ambil, solat, berdoa, menangis sejadi-jadinya, tak juga memunculkan suatu ketenangan yang berarti. Di saat-saat seperti itulah Astrid butuh sosok Bundanya. Dulu ia bisa saja meneleponnya setiap saat. Dengan mendengar suara Bunda, Astrid sudah merasa tenang bahkan jika diomeli sekali pun. "Kamu ini terpilih pasti sudah karena pertimbangan sendiri. Yang lain kepengen kayak kamu, kamunya yang udah dapet kesempatan kok malah kayak gini," begitulah cara Ibunya dulu mengomeli  Astrid ketika ia mengalami situasi pra-competition syndrome seperti saat ini. "Iya, Bunda... tapi adek males kalo dipaido terus. Udah bikin karya tulis susah-susah kok masih disusahin lagi. Dipikir aku fokusnya cuma ke situ apa?" jawab Astrid yang dulu begitu hobi untuk ngeyel jika dinasehati ibunya. &quo

(Un)Fairy Tale #6 - Selalu Ada Ujian di Dalam Pujian

HP Astrid sore itu tiba-tiba berbunyi tanda ada SMS masuk. Ia melihat, ternyata dari Susi, temannya dari jurusan Ilmu Sejarah yang menjadi lawannya dalam kompetisi mahasiswa teladan di Fakultas. "Astrid, selamat ya..." begitulah kira-kira pesan singkat dari Susi kepada Astrid sore itu. Ia menjadi bingung sendiri mengapa Susi bisa tiba-tiba mengirimi pesan singkat seperti itu padanya. "Ha? Ada apa to, Sus?" balas Astrid polos. "Kamu lolos mahasiswa teladan Fakultas, Astrid... Selamat ya :)" "Heh?! Bercanda kamu." "Enggak... Coba kamu liat status Facebook-nya Bu Sri" Seketika itu juga Astrid langsung membuka laptopnya untuk mengecek kebenaran SMS dari Susi. Siapa yang menyangka, ternyata apa yang dikatakan Susi benar adanya. Astrid seperti tidak percaya pada apa yang ia lihat saat itu. Ia jelas senang dengan hal tersebut. Almarhumah Bundanya juga pasti bangga atas hal ini. Tapi... Tiba-tiba SMS dari  Susi memecahkan lamunan

(Un)Fairy Tale #5 - Galau Akademik!

Dasar manusia study-oriented ! Astrid malam itu hampir gila gara-gara tugas review jurnal untuk mata kuliah metodologi penelitian khusus konsentrasi kuliahnya di bidang linguistik belum juga menemui titik terang. Ia baru mulai gila sejak teman-temannya sudah melewati masa gila dan mendapatkan pencerahan. Ia merasa depresi secara implisit ketika ia belum juga menemukan topik yang pas untuk bahan skripsinya, sementara teman-temannya terlihat seperti sudah mantap menentukan pilihan. Malam demi malam, jurnal demi jurnal, pendekatan demi pendekatan, teori demi teori ia baca bolak balik sampai muak. Pipinya mulai menggembung dan berjerawat, matanya mulai menghitam dan berkantung, tak secantik biasanya. Ia tidak bisa menentukan topik penelitian begitu saja tanpa kekuatan pemahaman teori yang kuat. Ia tidak ingin bab 2-nya nanti harus mengalami banyak revisi jika dasar pemahamannya masih cetek. Tiba-tiba Astrid jadi berpikir, apa ini yang membuat kakak-kakak seniornya yang terbilang pint