Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2014

(Un)Fairy Tale #20 - Dibayar dengan Kepastian

"Itu tadi temen deket kamu?" tanya Hanung ketika mobilnya sudah mulai melaju meninggalkan tempat makan dimana mereka bertemu dengan Ifa dan pacarnya. Hanung merasa ada keanehan dari cara Ifa memandangnya. Ia seperti mencium aroma ketidaksukaan Ifa padanya. Tapi karena Astrid terlalu lurus dan sama sekali tidak menaruh curiga pada temannya, ia pun mencoba untuk mendinginkan api kecurigaan Hanung pada Ifa. "Iya lumayan deket, sekelas juga sih. kenapa gitu?" "Kayaknya kok agak gimana gitu ya sama aku. Atau perasaanku aja ya?" Hanung menaruh curiga. "Gimana gitu gimana maksudnya?" tanya Astrid heran. "Ya agak nggak suka gitu sih keliatannya. Senyum sih, tapi kerasa beda aja ngeliatnya." "Ah, dia emang gitu. Wajahnya emang agak jutek kalo belum kenal. Santai, orangnya baik banget kok. Tampangnya doang itu yang jutek, atinya melankolis banget padahal. Hahaha." "Masa sih? Hahaha. Kok bisa gitu?" Lalu Astrid

(Un)Fairy Tale #19 - Debat di Telepon

"Halo, nek. Aku lagi makan sama Daniel, ngeliat Astrid sama Hanung lagi jalan bareng di sini... Ini pasti ada yang nggak beres..." Sementara di seberang sana, Karin seperti sayup-sayup mengangkat telepon dari Ifa dengan bermalas-malasan. Karin yang tengah terlelap tidur untuk balas dendam setelah lembur layaknya Bandung Bondowoso yang membuat seribu candi untuk Roro Jonggrang pun menanggapi cerita Ifa sekenanya. "Hmm... Astrid? Jalan? Sama Hanung? Siapa tuh? Hoaamhh..." jawab Karin sambil menguap dan mengucek-ngucek matanya. "Aduh... Bangun dulu dong, woy. Melek! Aku lagi cerita serius nih." "Iya, ini udah bangun tapi belum melek. Tapi aku denger kok. Hanung itu siapa? Gebetan barunya Astrid? Hoaaammh~" kata Karin yang berusaha menanggapi cerita Ifa dengan serius. Karin yang setengah sadar memang seperti lupa siapa Hanung, orang yang sudah sering diceritakan Astrid, seseorang yang datang dari masa lalunya. "Duduk dulu deh. Aku be

(Un)Fairy Tale #18 - Ketahuan

"Eh... emm, nggakpapa kok... Jadi gini, aku ke Solo karena...." Hanung mencoba untuk menjawab pertanyaan Astrid, tiba-tiba... "Permisi mas, pesenannya..." Raut muka serius Hanung seketika menjadi buyar akan distraksi dari mas-mas pemilik warung makan yang sedang mengantar pesanan itu. Astrid yang sudah menerima makanannya seketika langsung mengicipi hidangan yang ada di hadapannya perlahan. Hanung melihatnya sambil tersenyum. "Kelaperan ya kamu?" kata Hanung sambil menggoda. "Enggak sih, biasa aja. Buruan ih dilanjutin." kata Astrid mengingatkan Hanung untuk melanjutkan ceritanya. "Ah, sial. Ternyata Astrid memang tidak mudah untuk dialihkan perhatiannya." "Oh, gini. Aku ke Solo karena ke depannya aku bakal lebih sering lagi ke Solo," "Kok gitu? Mau ngapain emang?" "Aku udah dapet bocoran dari Abah, setelah wisuda S.Ked. nanti, aku mau ditempatin di sini untuk co-ass . Jadi, selama setengah tahun a

(Un)Fairy Tale 17 - Alasan Pertemuan

Melihat jari manis Astrid yang sudah terlingkari cincin, seketika Hanung langsung meraba sesuatu di sakunya. Seperti tidak ingin malu, ia memutuskan untuk kembali ke mobil dan meletakkan barang yang sudah dikantunginya sejak perjalanan dari rumahnya tadi pagi. "Mau kemana, Nung?" tanya Astrid keheranan. "Aku ke mobil sebentar ya, mau ambil power bank ." Sesampainya di mobil, ia segera membuka dashboard bukan untuk mengambil sesuatu, tetapi malah meletakkan sesuatu. "Mungkin aku sudah terlambat," kata Hanung dalam hati sambil meletakkan kotak cincin berbentuk hati dengan sebuah cincin emas putih di dalamnya. Sambil ia letakkan kotak cincin itu, Hanung mencoba untuk mengontrol diri agar tidak terlalu menunjukkan raut muka tidak bahagia. Ia berusaha untuk bersikap senatural mungkin di depan Astrid, seolah tidak terjadi apa-apa. "Lhoh, katanya mau ambil power bank ?" Astrid terus bertanya keheranan melihat tidak ada power bank di tangan Hanu