Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2014

(Un)Fairy Tale #11 - Jangan Yasini Aku

Astrid sedang khusyuk membacakan surat Yasin ketika di rumahnya sedang diadakan pengajian rutin dalam rangka memperingati 100 hari meninggalnya alm. Ibundanya malam itu. Setelah semuanya selesai, para tamu pun mulai pamit. Seketika itu pula Astrid mulai membantu Sandra untuk berberes rumah sambil melihat banyak makanan dan cetakan buku Yasin yang tersisa. "Aku kalo udah nyusul Bunda nanti, nggak usah dibikin acara begini ya kak," kata Astrid lugu. "Hush. Ngomongmu ini lho, kok waton . Lagian kenapa kamu tiba-tiba ngomong begini?" tanya Sandra keheranan dengan tingkah adiknya. "Enggakpapa sih, ya pokoknya jangan aja," "Kebanyakan gaul sama mereka yang ngelarang ritual 7, 40, 100, 1000 harian ya kamu? Mereka ngomong apa emang kok sampe tiba-tiba langsung ngasih kakak wasiat kayak begitu?" "Hish kakak apaan sih. Bukan perkara gaul sama siapa. Aku ngomong begini karena emang cari tahu teorinya sama lihat realitanya." "Maksu

Rabu Seminggu yang Lalu

Seminggu yang lalu, jam segini saya sudah di kost dengan pembaringan dan nafas penuh kelegaan. Saya melihat lagi kiriman pesan berisikan kata "Semangat" dan "Good Luck" memenuhi inbox dan beberapa notification di akun sosial media saya. Tidak semuanya terbalas, tapi saya mengamini semuanya. Melalui tulisan ini pula saya secara langsung mengucapkan terima kasih atas doa dan dukungannya kepada semuanya. Melalui tulisan ini pula saya hendak bercerita, tentang apa yang saya dapat di hari Rabu, seminggu yang lalu.  Jujur saja, untuk menghadapi hari di tanggal 16 April 2014 kemarin, saya sudah menyiapkan banyak hal. Dari yang sifatnya konkrit seperti kesiapan berkas sampai yang abstrak seperti kesiapan mental dan doa, semuanya saya lakukan. Saya sengaja untuk menirakati kompetisi ini dengan lebih khusyuk berdoa dan berpuasa. Saya lakukan semua itu atas kesadaran diri, karena memang saya lemah, tidak hanya dari beberapa hal, tapi hampir di semua aspek. Sehingga tidak

Menuju FINAL Mawapres UNS 2014

Bisa menjadi bagian dari kalian saja aku sudah bersyukur . Aku merasa kita sudah menjadi yang terpilih di antara ke sekian ribu mahasiswa yang ada . Menjadi mahasiswa berprestasi FSSR UNS 2014 bukanlah suatu ambisi awal dari diri saya, tapi bisa melangkah sejauh ini bukanlah suatu kebetulan yang sia-sia. Mereka semua hebat. Beruntungnya, dengan kuasa Tuhan, saya bisa menjadi bagian dari mereka. Sungguh, ini bukan suatu malapetaka yang harus saya keluhkan. Walaupun memang ujian dan pujian datang seiring saya mengemban amanah menjadi mahasiswa berpredikat "berprestasi" harus membuat saya kadang terbeban tanggung jawab tersendiri. Saya sudah tidak lagi berambisi menjadi yang nomor satu. Tetapi saya tidak ingin membuat nama fakultas saya malu. Kalau saya maju sendiri tanpa melibatkan Tuhan, saya bukanlah apa-apa selain butiran debu. Di sini saya paham situasi, saya tahu diri, tapi saya tetap harus percaya diri. Saya tidak sendiri dan saya percaya Tuhan akan memberi bukti. M

Beramal Lewat Tulisan

Minggu lalu saya memang mendengar suatu publikasi mengenai sebuah kompetisi menulis yang diadakan oleh Bisnis Indonesia (salah satu media massa berskala nasional). Dengan tajuk "Bisnis Indonesia Writing Contest", kompetisi ini menawarkan hadiah yang tidak tanggung-tanggung, yaitu satu unit mobil dan gadget lainnya. Siapa gerangan yang tidak tergiur, termasuk saya. Sehari dua hari saya mencari inspirasi dan tak kunjung datang. Saya luruskan niat dan tujuan saya, untuk apa hadiahnya jika saya mengikuti kompetisi ini. Hadiah sebesar itu untuk apa saya raih jika tidak ada manfaatnya. Hingga situasi membuat saya tidak bisa diam di depan laptop sekedar membuat satu artikel saja untuk dikirimkan dalam kompetisi ini. Bayangkan saja, dalam satu minggu saya harus meng- handle tiga acara sekaligus. Fokus saya terpecah dan fokus itu masih saya bagi untuk kuliah serta tanggung jawab lainnya. Ya, minggu kemarin saya hampir depresi tapi kuasa Allah yang menolong saya melewati masa-mas

(Un)Fairy Tale #10 - Cincin di Jari Manis Astrid

"Nek, temenin ke kamar mandi dong..." ajak Ifa selepas kuliah pagi itu. Karena Astrid sedang asyik sendiri dengan HP-nya, Ifa pun tak sabar dan akhirnya langsung menarik tangan Astrid begitu saja. Tiba-tiba Ifa merasa ada yang aneh pada genggamannya. Ia pun melihat ke tangannya, seketika ia berteriak pada Astrid dengan hebohnya. "Aaaaa... Nek! Kok... kamu... udah... pake...? Aaaaa... Kamu udah? Aaaaaa kenapa nggak cerita-cerita sih?!! Sama siapa? Kamu mesti gitu deh, diem-diem udah nggak ketebak aja!" "Apaan sih, Fa... Kamu tu ngomong apa?" respon Astrid datar dengan muka cueknya. "Alah, nggak usah mangkir. Itu yang di jari manis kamu dari siapa? Meneng... meneng... meneng... jebule wes ditembung. Asem... aku kedhisikan ," "Kepo." jawab Astrid datar dan menimbulkan tanya besar di benak Ifa. Karin yang menyusul dari belakang hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah dua sahabatnya yang berisiknya minta ampun. "Suaramu ked