"Nek, temenin ke kamar mandi dong..." ajak Ifa selepas kuliah pagi itu. Karena Astrid sedang asyik sendiri dengan HP-nya, Ifa pun tak sabar dan akhirnya langsung menarik tangan Astrid begitu saja. Tiba-tiba Ifa merasa ada yang aneh pada genggamannya. Ia pun melihat ke tangannya, seketika ia berteriak pada Astrid dengan hebohnya.
"Aaaaa... Nek! Kok... kamu... udah... pake...? Aaaaa... Kamu udah? Aaaaaa kenapa nggak cerita-cerita sih?!! Sama siapa? Kamu mesti gitu deh, diem-diem udah nggak ketebak aja!"
"Apaan sih, Fa... Kamu tu ngomong apa?" respon Astrid datar dengan muka cueknya.
"Alah, nggak usah mangkir. Itu yang di jari manis kamu dari siapa? Meneng... meneng... meneng... jebule wes ditembung. Asem... aku kedhisikan,"
"Kepo." jawab Astrid datar dan menimbulkan tanya besar di benak Ifa. Karin yang menyusul dari belakang hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah dua sahabatnya yang berisiknya minta ampun.
"Suaramu kedengeran sampe ruangan pojok koridor, Fa. Ada apaan sih?" tanya Karin keheranan.
"Itu... itu..." Ifa tidak bisa menjawab. Ia hanya menunjuk-nunjuk tangan Astrid yang masih saja asyik dengan HP-nya. Maklum, mobilitasnya yang mengharuskan Astrid membalas beberapa pesan yang tidak bisa ditunda membuat ia akhirnya autis sendiri. Ia tidak sadar bahwasanya ia sedang diamati oleh kedua sahabatnya tersebut.
Seketika setelah Karin melihat apa yang ditunjukkan oleh Ifa, ia juga menjadi tak kalah heboh. Hanya saja, suara Karin lebih garang. "Wah ini... ini... Edan bocah iki, wes nganggo cincin gek yo ora omong-omong." Saking gemasnya si Karin, ia pun memukul pantat Astrid dengan buku metodologi pinjaman perpustakaan yang lumayan tebal.
Merasa kaget dan cukup sakit saat dipukul, Astrid pun hanya merespon santai, "Auw! Ini pada ngapain sih kok pada heboh sendiri,"
"Kui cincin dike'i sopo lho? Kok nggak cerita-cerita sih kamu. Katanya nggak mau pacaran, eh kok tau-tau udah tunangan aja," desak Ifa.
"Kasih tahu nggak ya... Emm..." goda Astrid.
"HEH JAHAT! Kasih tau lah!" desak Karin. Astrid yang sadar bahwa teman-temannya penasaran pun semakin menggoda dengan pura-pura acuh.
"OOOOO..." kata mereka serempak.
"Makanya, jangan heboh sendiri dulu. Akan ada saatnya aku cerita kok. Nggak perlu kesusu tahu," jelas Astrid pada kedua sahabatnya itu.
"Habisnya aku kan penasaran, nek! Apalagi kamu kan emang kebiasaan, apa-apa sering nggak cerita tiba-tiba udah ngasih kejutan aja." tukas Ifa.
"Tapi jangan di jari manis lah... Apa nggak malah gimana gitu?" saran Karin
"Aku udah mantep kok. Insya Allah dengan cara begini mereka-mereka yang nggak terlalu serius bisa mulai nggak terlalu banyak berharap lagi sama aku." jawab Astrid.
"Lha kalo kamu pake di jari manis, orang-orang yang mungkin ada niatan bener-bener serius sama kamu malah mundur ngeliatin jari manismu udah bercincin kayak gitu. Malah ngadohke jodoh lho" begitu penjelasan Karin.
"Insya Allah enggak kok... Firasatku kok ngomong kalo... sing diwedeni bakal ngadoh, saiki malah lagi nyedak. Allahualam." jawab Astrid sambil menerawang jauh.
Ifa dan Karin hanya saling bertatap muka dan tidak tahu apa maksud dari ucapan Astrid barusan. Mereka pun tidak ingin ambil pusing. Kita lihat saja nanti apa yang akan terjadi.
"Aaaaa... Nek! Kok... kamu... udah... pake...? Aaaaa... Kamu udah? Aaaaaa kenapa nggak cerita-cerita sih?!! Sama siapa? Kamu mesti gitu deh, diem-diem udah nggak ketebak aja!"
"Apaan sih, Fa... Kamu tu ngomong apa?" respon Astrid datar dengan muka cueknya.
"Alah, nggak usah mangkir. Itu yang di jari manis kamu dari siapa? Meneng... meneng... meneng... jebule wes ditembung. Asem... aku kedhisikan,"
"Kepo." jawab Astrid datar dan menimbulkan tanya besar di benak Ifa. Karin yang menyusul dari belakang hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah dua sahabatnya yang berisiknya minta ampun.
"Suaramu kedengeran sampe ruangan pojok koridor, Fa. Ada apaan sih?" tanya Karin keheranan.
"Itu... itu..." Ifa tidak bisa menjawab. Ia hanya menunjuk-nunjuk tangan Astrid yang masih saja asyik dengan HP-nya. Maklum, mobilitasnya yang mengharuskan Astrid membalas beberapa pesan yang tidak bisa ditunda membuat ia akhirnya autis sendiri. Ia tidak sadar bahwasanya ia sedang diamati oleh kedua sahabatnya tersebut.
Seketika setelah Karin melihat apa yang ditunjukkan oleh Ifa, ia juga menjadi tak kalah heboh. Hanya saja, suara Karin lebih garang. "Wah ini... ini... Edan bocah iki, wes nganggo cincin gek yo ora omong-omong." Saking gemasnya si Karin, ia pun memukul pantat Astrid dengan buku metodologi pinjaman perpustakaan yang lumayan tebal.
Merasa kaget dan cukup sakit saat dipukul, Astrid pun hanya merespon santai, "Auw! Ini pada ngapain sih kok pada heboh sendiri,"
"Kui cincin dike'i sopo lho? Kok nggak cerita-cerita sih kamu. Katanya nggak mau pacaran, eh kok tau-tau udah tunangan aja," desak Ifa.
"Kasih tahu nggak ya... Emm..." goda Astrid.
"HEH JAHAT! Kasih tau lah!" desak Karin. Astrid yang sadar bahwa teman-temannya penasaran pun semakin menggoda dengan pura-pura acuh.
*
Astrid pun menjelaskan darimana cincin itu berasal dan mengapa ia memakainya. Ifa dan Karin pun hanya berdecak dan mengangguk pelan."OOOOO..." kata mereka serempak.
"Makanya, jangan heboh sendiri dulu. Akan ada saatnya aku cerita kok. Nggak perlu kesusu tahu," jelas Astrid pada kedua sahabatnya itu.
"Habisnya aku kan penasaran, nek! Apalagi kamu kan emang kebiasaan, apa-apa sering nggak cerita tiba-tiba udah ngasih kejutan aja." tukas Ifa.
"Tapi jangan di jari manis lah... Apa nggak malah gimana gitu?" saran Karin
"Aku udah mantep kok. Insya Allah dengan cara begini mereka-mereka yang nggak terlalu serius bisa mulai nggak terlalu banyak berharap lagi sama aku." jawab Astrid.
"Lha kalo kamu pake di jari manis, orang-orang yang mungkin ada niatan bener-bener serius sama kamu malah mundur ngeliatin jari manismu udah bercincin kayak gitu. Malah ngadohke jodoh lho" begitu penjelasan Karin.
"Insya Allah enggak kok... Firasatku kok ngomong kalo... sing diwedeni bakal ngadoh, saiki malah lagi nyedak. Allahualam." jawab Astrid sambil menerawang jauh.
Ifa dan Karin hanya saling bertatap muka dan tidak tahu apa maksud dari ucapan Astrid barusan. Mereka pun tidak ingin ambil pusing. Kita lihat saja nanti apa yang akan terjadi.
Komentar
Posting Komentar