Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2014

(Un)Fairy Tale #4 - Ganteng tapi Tahu Diri

PING!!! Astrid buru-buru mengecek ponselnya dan melihat siapa yang nge -BBM dia malam itu. Setelah dilihat, ternyata dari kakaknya, Sandra. Akhir minggu seperti biasanya, kakaknya menanyakan konfirmasi laporan kiriman uang saku. Tiba-tiba ponselnya kembali berdering. Sandra menelepon Astrid untuk sekedar menanyakan kabar. "Udah masuk kan kirimanku?" tanya Sandra pada adiknya mengawali percakapan. "Udah kok, kak... Thanks yah..." jawab Astrid. "Iya sama-sama. Lagi dimana?" tanya Sandra berbasa-basi. "Di kost aja, nih. Kakak pulang ke rumah Bunda nggak?" "Kemarin doang sih. Hari ini enggak. Malem minggu begini ngapain di kost doang?" "Ya nggak ngapa-ngapain. Paling baca buku, online , standar lah. Lagi males kemana-mana juga." "Udaaah... nggak usah galau melulu gitu. Hehehe" ledek Sandra pada adiknya. "Idih... Siapa juga yang galau?" "Ya, santai sih kalo emang lagi nggak galau. H

(Un)Fairy Tale #3 - Perkara Prioritas dan Rasa Percaya

"Habis ini kamu re-or kan dari HMJ? Kalo bisa kamu lengser ya..." kata si Didin pada Astrid sore itu saat selesai rapat. Astrid jelas kaget dengan saran Didin. Bagaimana bisa Astrid mengundurkan diri dari HMJ, organisasi kesayangannya, demi lembaga legislatif kampus yang belum memberinya apa-apa selain kesibukan baru. "Yah? Kok gitu sih, Din? Lagian kalo aku lengser aku nggak bisa menjabat di sini dong. Aku kan bisa duduk di sini karena jadi perwakilan HMJ-ku," jawab Astrid. "Oh iya juga ya... Ya pokoknya kamu jangan megang jabatan penting di sana kalo bisa. Atau perlu aku buatin surat rekomendasi untuk HMJ mu? Hehehe," usul Didin sedikit bercanda. "Nggak... nggak usah, Din. Insya Allah aku masih bisa pegang amanah kok." "Ya sudah, alhamdulillah. Pokoknya aku butuh kamu, Trid di sini," kata Didin menutup pertemuannya sore itu. Astrid tampak bimbang. Ia seperti terharu ketika Didin, ketua lembaga legislatif kampus itu

(Un)Fairy Tale #2 - Serpihan Pertemanan

"Kemana yuk, nek ?" tanya Ifa pada Astrid dan Karin saat jeda kuliah pagi itu. "Emang mau kemana? Paling juga sarapan." jawab Karin datar. "Ah gaya banget ngajak kemana, kayak lagi banyak duit aja." sahut Astrid. "Ya udah sih... ah elah... ujung-ujungnya juga ke kost Astrid lagi. Hahaha..." Ifa, Karin, dan Astrid bukanlah teman dekat sejak awal. Tapi mereka sering mengandaikan diri mereka seperti serpihan-serpihan yang menyatu karena direkatkan oleh pengalaman . Terdengar terlalu dramatis memang, tapi begitulah adanya. Siapa yang mengira seorang Astrid yang setengah culun dan study-oriented , bisa cocok berteman dengan perempuan ber- body  menawan tapi setengah preman seperti Karin, dan perempuan modis yang melankolis semacam Ifa. Hanya Tuhan yang tahu. Ifa yang berbadan layaknya American Top Model ini sering mengeluh pada Astrid soal banyak hal, terutama kekasihnya. Tidak banyak wejangan yang bisa diberikan oleh Astrid. Bukan kare

(Un)fairy Tale #1 - Kamu Manusia, Bukan Dewa

"Kamu itu manusia, bukan dewa. Menangislah jika dirasa tidak kuat, mengeluhlah dan jangan sok-sokan merasa kuat. Dikiranya kamu bakal terlihat lemah kalo sudah berpedoman 'DILARANG SAMBAT!'? Yang ada kamu malah makin ditambahin beban karena kamu sok-sokan kuat!" "Iya-iya... Aku nangis kok, tapi kan nggak di depan banyak orang juga. Aku sambat juga kali , tapi ya nggak ke semua orang juga. Udahlah... Masih tega dalam keadaan begini kamu marah-marahin aku?" "Kamu emang perlu dikerasin. Biar nggak dikerasin sama orang yang salah," "Maksudnya?" "Aku tau kamu butuh sosok ayah. Yang nggak cuma ngelindungin, tapi ngasih kamu peringatan kalo kamu salah," *makcles* Astrid seketika terhenyak mendengar ucapan sahabatnya dari telepon malam itu. "Aku tau kamu sedih kehilangan Hanung karena apa. Ya karena kamu bisa dapet sosok ayah dari dia. Yang sayang sama kamu, bisa ngayomi , bisa nuntun kamu, dan kamu nggak pernah dik

diary lagi

Sudah memasuki bulan kedua di tahun 2013 Aku masih dengan mendung duka sejak kepergian mama. Tapi Tuhan seperti membuka jalan untukku agar tetap berbahagia. Bersama kesibukanku, tanggung jawab, dan amanahku yang dari hari ke hari semakin bertambah membuatku perlahan mampu pergi dari rasa duka. Beberapa kesempatan untuk beberapa pencapaian baru membuatku semakin dibawa angin dunia. Tapi kadang aku merasa "kering" dalam buaian surga karena sibuk sendiri yang ujung-ujungnya membuatku lelah sendiri. Hehehe Aku sebenarnya tidak pantas mengeluh. Banyak di luar sana orang yang ingin memiliki kesempatan yang sama denganku tapi Tuhan belum menghendaki. Aku hanya ingin merengek pada Tuhan lewat tulisan ini bahwasanya aku butuh ditemani. Aku seperti lelah untuk berjuang sendiri.