Langsung ke konten utama

(Un)Fairy Tale #19 - Debat di Telepon

"Halo, nek. Aku lagi makan sama Daniel, ngeliat Astrid sama Hanung lagi jalan bareng di sini... Ini pasti ada yang nggak beres..."

Sementara di seberang sana, Karin seperti sayup-sayup mengangkat telepon dari Ifa dengan bermalas-malasan. Karin yang tengah terlelap tidur untuk balas dendam setelah lembur layaknya Bandung Bondowoso yang membuat seribu candi untuk Roro Jonggrang pun menanggapi cerita Ifa sekenanya.

"Hmm... Astrid? Jalan? Sama Hanung? Siapa tuh? Hoaamhh..." jawab Karin sambil menguap dan mengucek-ngucek matanya.

"Aduh... Bangun dulu dong, woy. Melek! Aku lagi cerita serius nih."

"Iya, ini udah bangun tapi belum melek. Tapi aku denger kok. Hanung itu siapa? Gebetan barunya Astrid? Hoaaammh~" kata Karin yang berusaha menanggapi cerita Ifa dengan serius. Karin yang setengah sadar memang seperti lupa siapa Hanung, orang yang sudah sering diceritakan Astrid, seseorang yang datang dari masa lalunya.

"Duduk dulu deh. Aku beneran mau ngomong serius. Melek, nek... melek. Fokus!"

Karin yang merasa kesal pun akhirnya tetap menuruti anjuran Ifa. "Ahh... Iya iya ini aku udah duduk. Udah buruan cerita, buru kelar, mau tidur lagi nih aku."

"Astrid lagi jalan sama Hanung, nek. Cowok yang sering diceritain sama Astrid, cowok yang udah bikin Astrid nggak bisa move on sampe sekarang."

"Ya, terus kenapa Ifa? Baguslah kalo Astrid udah mau keluar bareng cowok lagi. Biarinlah dia seneng sebentar. Biar dia nggak melulu baca buku, rapat, diskusi, atau nulis melulu. Kesian dia itu... cantik, pinter, tapi fakir asmara..."

"Ya emang bakal aku biarin kalo dia jalannya nggak bareng si Hanung."

"Emang kenapa sih kalo dia jalan bareng Hanung? Toh cuma makan bareng. Emang kalo udah jadi mantan nggak boleh jalan bareng?"

"Hanung itu cowok nggak bener, nek. Bolak-balik nyakitin Astrid. Sekarang dia bela-belain ke Solo ngapain coba? Aku curiga dia sekarang nyesel terus mohon-mohon buat balikan sama Astrid."

Karin pun hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar omelan Ifa di telepon. Karin merasa tidak ada yang salah jika Hanung kembali untuk menemui Astrid, pun untuk kembali berhubungan seperti dulu. Setiap orang yang pernah berbuat salah berhak untuk mendapatkan kesempatan kedua, menurut Karin. Tapi Ifa kali ini seperti tidak sependapat. Di benak Ifa hanya satu, sekali pengkhianat tetap pengkhianat.

"Ya itu urusannya Astrid lah. Dia yang mau ngejalanin hubungan, kita sebagai temen mah cuma bisa ngingetin aja buat ati-ati. Kamu mau ngelarang dia buat balikan kayak apa juga kalo emang mereka saling sayang, kamu bisa apa?"

"Enngg... Iya sih... Tapi kan..."

"Tapi apa? Anaknya kayak gimana? Cakep nggak? Ada tampang brengsek nggak?"

"Eng... Enggak sih... biasa aja, cenderung alim malah lumayan manis juga. Perawakannya ideal juga sih buat Astrid. Tapi kan tampang jaman sekarang bisa cuma buat pencitraan."

"Ah kamu mah, tapi kan-tapi kan mulu."

"Eh bentar-bentar. Anaknya ke sini." kata Ifa yang mendadak mengubah posisi duduk dan mencabut ponselnya dari telinga ketika Astrid dan Hanung menghampirinya.

"Ifa... Daniel... aku sama Hanung duluan ya." kata Astrid berpamitan dengan Ifa dan Daniel.

"Yuk, duluan ya." pamit Hanung.

"Oh iya, hati-hati ya kalian."

"Halo... halo... Fa, Ifa... are you there?" kata Karin di seberang telepon.

"Ok, I'm here. Sorry, tadi si suspect mendekat soalnya. Tadi ceritaku sampe mana?"

"Nggak tau. Lupa. Mereka naik apa?"

Sambil mencoba menengok ke arah parkir Ifa menjawab, "Naik mobilnya Hanung kayaknya."

"Tuh, calon dokter, penampilannya ideal, agamanya juga bagus, naiknya mobil. Logika cewek juga main kalik, Fa. Sekarang bandingin deh si Hanung sama Dion atau Igo. Terus kamu posisiin diri sebagai Astrid." jawab Karin mencoba santai.

"Eengg... tapi kan..."

"Ah, tapi kan-nya dilanjut besok lagi aja. Aku mau bobok. Udah ya. Bye."
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Info Harga Sewa Gedung Pernikahan (Venue for Wedding Package) di Semarang

Halo, semuanya... Lokasi Alam Indah Resto - dok. pribadi Jumat ini rasanya saya agak buntu ingin menulis apa. Akhirnya saya membuka sebuah forum pertanyaan di IG Story untuk mencari inspirasi, kira-kira tema apa yang menarik untuk saya ulas di blog pekan ini. Beberapa merekomendasikan untuk menulis hal-hal yang sifatnya personal. Ada juga yang menyarankan saya untuk menulis beberapa tema terkait masalah psikologi (mungkin karena dua buku yang saya tulis isu sentralnya psikologi populer ya hehe). Tapi, akhirnya hati saya kok malah condong menulis ini... Hehehe... Sekalian sharing  saja sih. Saya memang sedang mempersiapkan pernikahan. Pun, untuk urusan perkuliahan, saya kebetulan juga concern  untuk meneliti dunia industri pernikahan. Jadi, ya sekali tepuk bolehlah 3-4 urusan bisa diselesaikan. Mohon doanya ya semoga semuanya lancar dan segala sesuatunya dipermudah. Semoga juga nggak ada yang julid doain yang jelek-jelek.. hihi ups... *istighfar* Jadi di sini, ...

Miyago Pak Joko - Rekomendasi Pecinta Mie Ayam di Semarang

Kalau teman-teman termasuk mie ayam holic kayak saya, nih... saya minggu lalu baru saja jajan ke Mie Ayam Goreng alias Miyago di warung Pak Joko. Lokasinya di daerah Banyumanik. Jadi kalau kalian sering ke daerah Semarang atas, dan sliwar-sliwer mau ke arah tol dan lewat Jalan Durian, coba deh mampir ke sini. sumber: dokumentasi pribadi Tidak seperti mie ayam kebanyakan yang disajikan dengan kuah, mie ayam ini hadir tanpa kuah sama sekal. (Ya iyalah ya... namanya juga mie ayam goreng. hehehe). Eh, tapi di sini juga menyediakan mie ayam yang kuah kok. Cuma... ya... menurutku mie ayam kuahnya kurang begitu enak. Kayak kurang asin gitu, hambar, kalo orang Semarang bilang anyep. Jadi, kalau kalian mampir ke sini, saran saya sih pesan miyago-nya saja. Rasanya kayak gimana sih? Jadi, main taste  dari miyago ini lebih ke gurih. Tidak dominan manis kecap seperti bakmie jawa yang beredar tiap malam di depan rumah. Sama seperti makan mie instan, tapi lebih gurih. Saya pikir awa...

Konsep Suguhan Pernikahan dan Segala Resikonya

Beberapa hari yang lalu, saya merasa tersentil dengan komik singkat karya mas Dody YW yang diunggah melalui fanspage FB-nya " Goresan Dody ". Jujur, saya merasa tersentil sekaligus baper. Memang apa sih isi komiknya? Nih, berikut media komiknya saya lampirkan: Adab Makan sambil Duduk credits: FP Goresan Dody Sebagai individu yang sejak lahir di Semarang sampai lulus SMA, saya memang lebih familiar dengan konsep pernikahan yang menyuguhkan hidangan secara prasmanan. Para tamu disetting untuk antre makanan dan setelah dapat harus berdiri sambil berdesak-desakan untuk makan. Apakah tidak ada kursi? Biasanya ada, tapi jumlahnya hanya 1/10 dari jumlah undangan yang hadir. Berbeda dengan konsep pernikahan yang ada di Solo Raya (Sukoharjo, Klaten, Wonogiri, Karanganyar, Sragen), pernikahan dengan cara piring terbang masih mudah untuk ditemui. Meskipun beberapa ada yang sudah beralih dengan menggunakan konsep prasmanan, tetapi piring terbang masih jadi andalan. Pola menuny...