Tulisan ini saya buat karena saya melihat sedikit perubahan fenomena yang saya llihat sendiri akhir-akhir ini. Bagi sebagian orang, berlangganan TV kabel bukan lagi hal yang mewah. Saya bisa membuat pernyataan ini setelah saya meninjau beberapa rumah (dari beberapa teman) yang mana mereka tergolong sebagai keluarga dengan kelas menengah pun juga bisa berlangganan TV kabel. Padahal jika kita melihat mundur lima sampai 10 tahun yang lalu, berlangganan TV kabel hanya bisa dilakukan oleh masyarakat kelas menengah ke atas yang rumahnya berada di perumahan elite real estate.
Bisnis parabola TV satelit semakin menjamur. Merknya semakin beragam, channel yang ditawarkan pun semakin banyak, mereka berlomba-lomba untuk memberikan penawaran pilihan saluran TV yang beraneka ragam dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Sehingga tidak heran jika jumlah pelanggan TV kabel pun meningkat setiap tahunnya. Seperti contoh berita ini : Pelanggan TelkomVision Naik 800 Persen, bisa dibayangkan 800% itu sebanyak apa? Yah... silakan bayangkan sendiri.
Fenomena ini bisa dipicu beberapa sebab. Yang pertama ialah kebutuhan masyarakat akan hiburan yang berkualitas, selanjutnya gaya hidup masyarakat yang cenderung mengikuti trend dan gengsi, dan yang terakhir adalah harga yang ditawarkan oleh jasa pemasang parabola TV kabel semakin terjangkau oleh masyarakat karena menganut teori ekonomi dalam hukum permintaan, "Hubungan antara barang yang diminta dengan harga barang tersebut dimana hubungan berbanding terbalik yaitu ketika harga meningkat atau naik maka jumlah barang yang diminta akan menurun dan sebaliknya apabila harga turun jumlah barang meningkat.”
Setelah saya telusuri dengan menanyai beberapa responden, mereka lebih cenderung memilih alasan yang pertama yaitu mengacu pada kualitas hiburan yang ditawarkan stasiun TV nasional. Mereka merasa acara TV stasiun nasional saat ini tidak lagi syarat akan hiburan apalagi sampai mendidik. Anak-anak tidak lagi leluasa menonton kartun di hari Minggu pagi, para remaja saat ini sering menjadi dewasa sebelum waktunya karena dijejali tontonan yang kurang mendidik dan terlalu dipenuhi dengan romansa fiktif, belum lagi masyarakat awam yang mudah terprovokasi oleh pemberitaan media massa yang lebih sering memberi kekhawatiran pada masyarakat dan membuat mereka krisis kepercayaan kepada pemerintah, hingga drama mini seri yang episode nya sampai beratus-ratus dan tak tahu kapan tamatnya.
Di luar alasan yang telah disebutkan, pada dasarnya ada juga sebagian dari mereka yang hanya ikut-ikutan saja ketika memutuskan untuk berlangganan TV kabel. Hal ini ditunjukkan dari tingkat kesibukan anggota keluarga yang tidak terlalu sering berada di rumah, tapi atas nama kebutuhan informasi dan dampak globalisasi mereka juga mengikuti trend yang ada. Bukan hal yang keliru memang, jika hal ini diteruskan maka yang akan terjadi ialah pemborosan yang mungkin lambat laun akan dirasakan oleh kepala keluarga tersebut.
Namun jika mereka diberi pernyataan tersebut, mereka bisa berdalih dengan harga untuk berlangganan TV kabel masih bisa dijangkau oleh mereka. Karena memang pada kenyataannya masyarakat bisa memilih TV kabel yang ingin mereka gunakan di rumah dengan kebutuhan saluran TV yang sesuai dengan kebutuhan anggota keluarga, serta budget yang sudah ditargetkan sebelumnya. Dengan ketiga alasan tersebut, selesai sudah permasalahan masyarakat untuk menghadapi penurunan kualitas tayangan stasiun TV dalam negeri akhir-akhir ini.
Yang jadi masalah saat ini adalah, sudah siapkah masyarakat untuk menerima kulturalisasi yang pasti akan terjadi melihat dari fenomena ini karena pastinya mereka akan lebih senang untuk menonton acara dari stasiun TV luar negeri daripada dalam negeri? Siapkah para orang tua untuk mengawasi betul-betul anak-anak mereka agar tidak menonton acara TV yang tidak boleh disaksikan oleh anak di bawah umur? Siapkah stasiun TV nasional bersaing untuk tetap bertahan jika masyarakat ke depannya terus saja lebih memilih acara internasional?
Dari penjelasan dan alasan yang telah disampaikan bisa disimpulkan bahwa masyarakat mungkin perlu untuk berlangganan TV kabel demi kebutuhan hiburan yang tak lagi bisa dipenuhi oleh stasiun TV nasional, hanya saja dengan begini mereka yang berkecimpung di dunia hiburan pertelevisian nasional bisa tergugah hatinya untuk memperbaiki citra dan kualitasnya yang dinilai mengalami penurunan. Selain itu, kontrol diri masyarakat untuk bisa melakukan filtrasi ketika menjadi penikmat acara TV Internasional bisa lebih ditingkatkan agar tidak terjadi kulturalisasi dan perubahan pola pikir yang nantinya berujung pada masalah kehilangan identitas diri dan budaya ketimuran.
Daftar pustaka:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/02/28/19164049/Pelanggan.TelkomVision.Naik.800.Persen
http://keripiku.blogspot.com/2012/03/teori-permintaan-dan-penawaran-serta.html
Bisnis parabola TV satelit semakin menjamur. Merknya semakin beragam, channel yang ditawarkan pun semakin banyak, mereka berlomba-lomba untuk memberikan penawaran pilihan saluran TV yang beraneka ragam dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Sehingga tidak heran jika jumlah pelanggan TV kabel pun meningkat setiap tahunnya. Seperti contoh berita ini : Pelanggan TelkomVision Naik 800 Persen, bisa dibayangkan 800% itu sebanyak apa? Yah... silakan bayangkan sendiri.
Fenomena ini bisa dipicu beberapa sebab. Yang pertama ialah kebutuhan masyarakat akan hiburan yang berkualitas, selanjutnya gaya hidup masyarakat yang cenderung mengikuti trend dan gengsi, dan yang terakhir adalah harga yang ditawarkan oleh jasa pemasang parabola TV kabel semakin terjangkau oleh masyarakat karena menganut teori ekonomi dalam hukum permintaan, "Hubungan antara barang yang diminta dengan harga barang tersebut dimana hubungan berbanding terbalik yaitu ketika harga meningkat atau naik maka jumlah barang yang diminta akan menurun dan sebaliknya apabila harga turun jumlah barang meningkat.”
Setelah saya telusuri dengan menanyai beberapa responden, mereka lebih cenderung memilih alasan yang pertama yaitu mengacu pada kualitas hiburan yang ditawarkan stasiun TV nasional. Mereka merasa acara TV stasiun nasional saat ini tidak lagi syarat akan hiburan apalagi sampai mendidik. Anak-anak tidak lagi leluasa menonton kartun di hari Minggu pagi, para remaja saat ini sering menjadi dewasa sebelum waktunya karena dijejali tontonan yang kurang mendidik dan terlalu dipenuhi dengan romansa fiktif, belum lagi masyarakat awam yang mudah terprovokasi oleh pemberitaan media massa yang lebih sering memberi kekhawatiran pada masyarakat dan membuat mereka krisis kepercayaan kepada pemerintah, hingga drama mini seri yang episode nya sampai beratus-ratus dan tak tahu kapan tamatnya.
Di luar alasan yang telah disebutkan, pada dasarnya ada juga sebagian dari mereka yang hanya ikut-ikutan saja ketika memutuskan untuk berlangganan TV kabel. Hal ini ditunjukkan dari tingkat kesibukan anggota keluarga yang tidak terlalu sering berada di rumah, tapi atas nama kebutuhan informasi dan dampak globalisasi mereka juga mengikuti trend yang ada. Bukan hal yang keliru memang, jika hal ini diteruskan maka yang akan terjadi ialah pemborosan yang mungkin lambat laun akan dirasakan oleh kepala keluarga tersebut.
Namun jika mereka diberi pernyataan tersebut, mereka bisa berdalih dengan harga untuk berlangganan TV kabel masih bisa dijangkau oleh mereka. Karena memang pada kenyataannya masyarakat bisa memilih TV kabel yang ingin mereka gunakan di rumah dengan kebutuhan saluran TV yang sesuai dengan kebutuhan anggota keluarga, serta budget yang sudah ditargetkan sebelumnya. Dengan ketiga alasan tersebut, selesai sudah permasalahan masyarakat untuk menghadapi penurunan kualitas tayangan stasiun TV dalam negeri akhir-akhir ini.
Yang jadi masalah saat ini adalah, sudah siapkah masyarakat untuk menerima kulturalisasi yang pasti akan terjadi melihat dari fenomena ini karena pastinya mereka akan lebih senang untuk menonton acara dari stasiun TV luar negeri daripada dalam negeri? Siapkah para orang tua untuk mengawasi betul-betul anak-anak mereka agar tidak menonton acara TV yang tidak boleh disaksikan oleh anak di bawah umur? Siapkah stasiun TV nasional bersaing untuk tetap bertahan jika masyarakat ke depannya terus saja lebih memilih acara internasional?
Dari penjelasan dan alasan yang telah disampaikan bisa disimpulkan bahwa masyarakat mungkin perlu untuk berlangganan TV kabel demi kebutuhan hiburan yang tak lagi bisa dipenuhi oleh stasiun TV nasional, hanya saja dengan begini mereka yang berkecimpung di dunia hiburan pertelevisian nasional bisa tergugah hatinya untuk memperbaiki citra dan kualitasnya yang dinilai mengalami penurunan. Selain itu, kontrol diri masyarakat untuk bisa melakukan filtrasi ketika menjadi penikmat acara TV Internasional bisa lebih ditingkatkan agar tidak terjadi kulturalisasi dan perubahan pola pikir yang nantinya berujung pada masalah kehilangan identitas diri dan budaya ketimuran.
Daftar pustaka:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/02/28/19164049/Pelanggan.TelkomVision.Naik.800.Persen
http://keripiku.blogspot.com/2012/03/teori-permintaan-dan-penawaran-serta.html
Komentar
Posting Komentar