Untuk memasuki bulan Ramadhan tinggal menghitung hari. Beberapa di antara kita sudah melakukan berbagai persiapan dalam berbagai aspek kegiatan. Contohnya kegiatan yang berkaitan dengan ibadah, bisnis selama Ramadhan, dan yang paling sering terdengar adalah jadwal buka bersama.
Buka bersama atau yang sering dikenal dengan bukber di sini memang menjadi agenda rutin yang sering dilakukan bersama teman-teman atau relasi. Awalnya kegiatan ini memang terlihat asyik dan menyenangkan, terlebih lagi jika bisa ngabuburit dengan banyak teman. Namun, di sisi lain kegiatan bukber sendiri lebih sering kurang membawa manfaat dan menjadi kegiatan yang malah menghilangkan esensi dari suasana Ramadhan itu sendiri.
Di sini saya bukannya mau naif atau sok suci, ya tapi saya cuma mau mencoba beropini dari sisi sudut pandang saya sendiri menilai keefektifan dari kegiatan bukber setiap tahunnya.
Pertama, buka bersama kadang bisa menjadi bentuk pemborosan. Bukannya mau pelit, tapi realistis saja lah, kebanyakan dari mereka yang masih sekolah/ kuliah, uang saku saat bulan Ramadhan pasti tidak sebanyak saat hari-hari biasa. Sedangkan untuk bisa ikut turut serta dalam kegiatan buka bersama, pasti mereka ditarik iuran minimal 15ribu - 20ribu. Itu baru satu kali buka bersama. Belum kalau ada buka bersama teman SMP, teman SMA, teman kuliah, organisasi ini, organisasi itu, dan masih banyak lagi. Belum lagi, pulang buka bersama pasti masih mampir main kemana dulu, yang pasti juga masih mengeluarkan uang. Ya coba diakumulasi sendiri saja... :)
Kedua, kegiatan buka bersama sering membuat kita menjadi kehilangan waktu bersama keluarga. Padahal esensi bulan Ramadhan akan lebih terasa jika bisa dinikmati dengan cara menyantap sahur dan buka bersama dengan keluarga. Tapi jika kita harus berbuka puasa di luar bersama teman-teman, kita harus berangkat dari rumah paling tidak jam 4 sore dan pulang malam. Sesampainya di rumah sudah capek, lalu ingin segera tidur. Betul?
Ketiga, seringnya jika sudah buka bersama pasti jadi meninggalkan solat tarawih. Ya karna itu tadi, seringnya setelah buka bersama pasti masih ada "acara tambahan" yang membuat harus pulang lebih malam dan akhirnya meninggalkan solat tarawih. Mungkin solat tarawih di sini hanyalah solat sunah, tapi solat ini hanya 30x dilakukan dalam setahun sekali. Belum tentu tahun depan kita masih berkesempatan ketemu Ramadhan lagi. Sok agamis ya? Ya tapi emang gitu sih. Bukan hanya solat tarawih, tapi mereka yang sudah asyik berbuka puasa bersama, seringnya jadi mengakhirkan solat Maghrib. ayolah~ akui saja. Saya sendiri sering kok mengalaminya. Ya karna mushola yang disediakan di tempat makan terlalu kecil, dan jamaah terlalu banyak. Jadi solat Maghrib pun terpaksa harus di akhir waktu.
Jadi, bagaimana? Masih mau mengagendakan bukber yang sudah terjadwal seminggu hampir 3-4 kali?
Ya sebenarnya tidak ada masalah jika kegiatan buka bersama di sini dibuat dengan kegiatan yang berbeda. Tidak hanya untuk kumpul, makan bersama, "unjuk diri" dalam reuni, tetapi juga untuk berkumpul silaturahim yang positif. Misal, selepas Ashar untuk ngabuburit kita adakan bakti sosial ke Panti Asuhan atau jalanan. Membagikan buka puasa gratis bagi mereka yang membutuhkan. Kemudian saat adzan Maghrib berkumandang, diagendakan solat jamaah bersama teman-teman, lalu setelahnya baru makan bersama. Kemudian, akan lebih manis lagi jika diakhiri dengan solat tarawih berjamaah bersama. Hahaha muluk-muluk ya? Tapi ya menurut saya itulah silaturahim yang sesungguhnya. Bukan dengan cara "unjuk diri" dengan label reuni yang diagendakan tahunan, lalu dolan sana sini sampe ninggalin solat tarawih :'))
Agak naif ya kedengarannya, tapi ya itu persepsi saya soal fenomena buka bersama, kalo kamu?
Buka bersama atau yang sering dikenal dengan bukber di sini memang menjadi agenda rutin yang sering dilakukan bersama teman-teman atau relasi. Awalnya kegiatan ini memang terlihat asyik dan menyenangkan, terlebih lagi jika bisa ngabuburit dengan banyak teman. Namun, di sisi lain kegiatan bukber sendiri lebih sering kurang membawa manfaat dan menjadi kegiatan yang malah menghilangkan esensi dari suasana Ramadhan itu sendiri.
Di sini saya bukannya mau naif atau sok suci, ya tapi saya cuma mau mencoba beropini dari sisi sudut pandang saya sendiri menilai keefektifan dari kegiatan bukber setiap tahunnya.
Pertama, buka bersama kadang bisa menjadi bentuk pemborosan. Bukannya mau pelit, tapi realistis saja lah, kebanyakan dari mereka yang masih sekolah/ kuliah, uang saku saat bulan Ramadhan pasti tidak sebanyak saat hari-hari biasa. Sedangkan untuk bisa ikut turut serta dalam kegiatan buka bersama, pasti mereka ditarik iuran minimal 15ribu - 20ribu. Itu baru satu kali buka bersama. Belum kalau ada buka bersama teman SMP, teman SMA, teman kuliah, organisasi ini, organisasi itu, dan masih banyak lagi. Belum lagi, pulang buka bersama pasti masih mampir main kemana dulu, yang pasti juga masih mengeluarkan uang. Ya coba diakumulasi sendiri saja... :)
Kedua, kegiatan buka bersama sering membuat kita menjadi kehilangan waktu bersama keluarga. Padahal esensi bulan Ramadhan akan lebih terasa jika bisa dinikmati dengan cara menyantap sahur dan buka bersama dengan keluarga. Tapi jika kita harus berbuka puasa di luar bersama teman-teman, kita harus berangkat dari rumah paling tidak jam 4 sore dan pulang malam. Sesampainya di rumah sudah capek, lalu ingin segera tidur. Betul?
Ketiga, seringnya jika sudah buka bersama pasti jadi meninggalkan solat tarawih. Ya karna itu tadi, seringnya setelah buka bersama pasti masih ada "acara tambahan" yang membuat harus pulang lebih malam dan akhirnya meninggalkan solat tarawih. Mungkin solat tarawih di sini hanyalah solat sunah, tapi solat ini hanya 30x dilakukan dalam setahun sekali. Belum tentu tahun depan kita masih berkesempatan ketemu Ramadhan lagi. Sok agamis ya? Ya tapi emang gitu sih. Bukan hanya solat tarawih, tapi mereka yang sudah asyik berbuka puasa bersama, seringnya jadi mengakhirkan solat Maghrib. ayolah~ akui saja. Saya sendiri sering kok mengalaminya. Ya karna mushola yang disediakan di tempat makan terlalu kecil, dan jamaah terlalu banyak. Jadi solat Maghrib pun terpaksa harus di akhir waktu.
Jadi, bagaimana? Masih mau mengagendakan bukber yang sudah terjadwal seminggu hampir 3-4 kali?
Ya sebenarnya tidak ada masalah jika kegiatan buka bersama di sini dibuat dengan kegiatan yang berbeda. Tidak hanya untuk kumpul, makan bersama, "unjuk diri" dalam reuni, tetapi juga untuk berkumpul silaturahim yang positif. Misal, selepas Ashar untuk ngabuburit kita adakan bakti sosial ke Panti Asuhan atau jalanan. Membagikan buka puasa gratis bagi mereka yang membutuhkan. Kemudian saat adzan Maghrib berkumandang, diagendakan solat jamaah bersama teman-teman, lalu setelahnya baru makan bersama. Kemudian, akan lebih manis lagi jika diakhiri dengan solat tarawih berjamaah bersama. Hahaha muluk-muluk ya? Tapi ya menurut saya itulah silaturahim yang sesungguhnya. Bukan dengan cara "unjuk diri" dengan label reuni yang diagendakan tahunan, lalu dolan sana sini sampe ninggalin solat tarawih :'))
Agak naif ya kedengarannya, tapi ya itu persepsi saya soal fenomena buka bersama, kalo kamu?
setuju, yg paling nganyeli adalah saat kita harus meninggalkan tarawih, dan acara setelah tarawih (tadarus bareng, dsb).
BalasHapusberarti harus belajar nggak pekewuh buat ijin pulang pas udah isya.
mending kalo emang dari awal bentuk acara bukber-nya masih kayak yang aku sebutin di atas ya mending nggak usah ikut dari awal sih mas, kalo aku...
BalasHapustapi, kalo emang agenda acaranya lebih "beresensi", nothing to worry insya Allah :)