Di waktu-waktu terakhir saya dalam rebahan badan yang begitu nyaman, saya mencoba menyempatkan menulis ini. Cerita singkat dari kota mendoan, Purwokerto. Kesempatan saya bisa menjajaki kota ini dimulai dari keisengan saya mengikuti seleksi pencarian delegasi kampus untuk dikirim ke dalam kompetisi PEKSIMIDA (Pekan Seni Mahasiswa Daerah) Jawa Tengah. Kompetisi ini dibagi menjadi beberapa tangkai lomba dan lomba yang saya ikuti adalah penulisan karya sastra. Lomba penulisan karya sastra sendiri masih dibagi menjadi tiga yaitu penulisan puisi, cerpen, dan lakon.
Awalnya saya mendaftarkan diri untuk mengikuti lomba penulisan cerpen. Namun saat hari pelaksanaan lomba, Pak Tarno, sang pengoordinir urusan kemahasiswaan kampus menyatakan bahwa peserta diizinkan untuk mengikuti lomba lebih dari satu selama tidak melebihi waktu yang disediakan. Akhirnya saya iseng membuat sebuah puisi singkat yang atas kuasa-Nya bisa membawa saya berangkat bersama orang-orang terpilih ke Purwokerto mewakili UNS dalam Peksimida 2014.
Peksimida ini berlangsung di Univ. Muhamadiyah Purwokerto. Dimulai pukul 09.00 kami disuguhi dua tema yaitu Kearifan Lokal dan Perlindungan Anak. Dari hasil perenungan diri yang cukup panjang ditemani dengan Anak Semua Bangsa-nya Pram, saya memilih tema kedua.
Puisi saya kira-kira seperti ini:
Bocah Belenggu Dunia
Jeda jiwaku menghantarkan
pada renungan
Kontemplasi panjang tak
berkesudahan
Merebah pandang sebuah
bahaya
Terpiris fenomena
teranggap biasa
Ku lihat mereka terpaku bisu
Tanpa buku, senyum kaku dan jiwa yang sendu
Entah bias tawa atau duka
Mereka ku lihat tidak dalam bahagia
Sajak masa laluku
menari-nari
Seorang bocah tertawa tak
takut mati
Kini mereka tak bisa
menyanyi merdu
Mati suri dalam pelukan
senyap individu
Beri mereka waktu ‘tuk mengadu
Aku mau mereka menjadi bocah yang lugu
Mereka kini cerdas tapi dungu
Sebab modernitas mereka tertipu
Bunda…
tak inginkah kau rangkul
mereka?
Ayah…
tak sudikah kau pahami
gejolak hati mereka?
Mereka ingin kau hadir
Mereka ingin kau tak sekedar mampir
Ruang hatinya berlubang
Kosong tak berkasih
sayang
Sedang kau asik dengan
rupiahmu
Lalu pergi dan
meninggalkannya pada jongosmu
Seperti tak punya nurani
Anak sendiri sering kalah dengan materi
Pikirmu terlalu pragmatis
Kesehatan jiwamu mungkin terlampau kritis
Senangkah kau melihat
mereka tak kenal tetangganya?
Bahagiakah kau
menyaksikan mereka terbelenggu dalam rumahnya?
Palung hati mereka
kesepian
Yang ku tangkap mereka
haus akan dekapan
Sayang, kau tak banyak tahu
Sayang, kau tak mau tahu
Mereka kau kira tidak dalam bahaya
Mereka kau kira sudah bahagia
Kehancurannya tinggal
menunggu waktu
Sampai akhirnya kau
menyesal dalam bisu
Bahagia duniawi yang selama ini kau tuhankan
Tak sedikit pun kan memberi penyelamatan
Sayangnya, puisi ini tidak mampu membawa saya seberuntung sebelumnya untuk bisa berangkat ke Palangkaraya, mewakili Jawa Tengah dalam kompetisi Peksiminas. Beberapa masukan dari juri yang bisa saya tangkap adalah membuat puisi tidak perlu terpaku pada kesamaan rima dan persajakan. Bahasa yang digunakan pun sebaiknya tidak terlalu vulgar.
Terlepas dari itu, saya sudah bersyukur bahwasanya UNS tetap mampu membawa tiga piala yaitu Juara I Lomba Penulisan Puisi oleh Dinary Oktaria, Juara III Penulisan Cerpen oleh Titi Setiyoningsih, dan Juara III Baca Puisi oleh Dias.
Ini foto para juara:
ini foto saya di tengah para juara.
Semuanya keren, saya beruntung bisa bertandang ke Peksimida kemarin. Di sana saya berkumpul dengan para pecinta seni dalam bahasa, sastra. Sekedar info saja, Titi Setiyoningsih yang menjuarai penulisan cerpen ternyata sudah menulis dan menerbitkan bukunya yang berjudul Lollipop.
Saya sangat bersyukur bisa belajar bagaimana menulis yang baik dari mereka. Walaupun sedikit kecewa belum bisa mendapat predikat juara, tapi saya sadar bahwa saya memang belum ada apa-apanya dibanding mereka. Entah, mungkin nafas menulis saya masih perlu dilatih lagi, bacaan saya masih perlu diperbanyak lagi, siapa tahu saya bisa menang di kompetisi lain seperti mereka nantinya.
Sukses untuk Dinary! Kami tunggu kabar baik dari Peksiminas September nanti :)
Komentar
Posting Komentar