Langsung ke konten utama

Kisah Gelisah Mahasiswa Sasing UNS #1

Teruntuk adik-adik tingkatku Sastra Inggris UNS yang begitu kucintai, tulisan ini kubuat untuk  menyampaikan kegelisahanku selama empat tahun ini. Tulisan ini kuharap juga bisa menyelamatkan masa depanmu dengan belajar dari kesalahanku dan para seniormu yang lebih dulu merasakan pahit manisnya menjadi mahasiswa Sasing.

Tulisan ini kubuat setelah mengamati, merenung, dan mencoba mencari celah dari berbagai masalah. Dan dengan tulisan ini pula, kuharap masih ada kesempatan bagiku untuk menyelamatkan generasi selanjutnya.

oke, cukup ya prolog melankolisnya. Langsung saja...

Adik-adikku yang kusayang,
saat kalian dinyatakan diterima sebagai mahasiswa jurusan Sastra Inggris, aku percaya kalian tidak merasakan euforia yang sama seperti mahasiswa jurusan lainnya.Tidak seperti mahasiswa baru Fakultas Kedokteran, Ekonomi, atau Komunikasi. Sastra seringnya hanya dianggap jurusan "kelas dua", alias jurusan pilihan kedua.

Di saat Osmaru, kalian bisa buktikan sendiri. Berinteraksilah dengan teman-teman barumu yang samar-samar terlihat tidak sedih juga tidak terlalu senang diterima sebagai mahasiswa Sastra Inggris.

Mengapa demikian?
Sebab di sana kalian akan bertemu dengan orang-orang yang diterima di pilihan kedua bahkan ketiga saat SNMPTN (yang mungkin di jaman kalian nanti namanya akan berubah lagi, intinya ujian masuk PTN). Di situlah kalian akan berinteraksi dengan beberapa orang yang mungkin akan mencoba SNMPTN lagi di tahun selanjutnya. Sebab mereka merasa berpotensi untuk bisa lolos di perguruan tinggi atau mungkin jurusan lain, yang mungkin, jauh lebih baik daripada "sekedar" Sasing UNS.

Tapi di sini, jika boleh kusarankan, kalian tidak perlu ikut-ikutan memiliki keinginan yang sama seperti mereka. Sebab, mereka yang sudah berniat untuk keluar di tahun kedua biasanya tidak terlalu menggubris kuliahnya di tahun pertama. Akibatnya, tidak sedikit di antara mereka yang akhirnya jatuh nilainya padahal mata kuliah di semester awal belumlah terlalu susah. Dan akibat fatalnya, saat di tahun kedua mereka tidak lolos SNMPTN lagi, maka harus ada tanggungan nilai yang perlu diperbaiki tahun depan.

Mereka jelas rugi waktu dan tenaga. Belum ditambah dengan rasa malu karena terlalu "jumawa" sebab sudah meremehkan jurusan Sastra Inggris yang sebenarnya sudah berbaik hati menerima mereka.

Padahal yang mereka hadapi sebenarnya bukan perkara mudah.

Percayalah, tidak semua orang mampu memahami grammar dengan baik dan sempurna. Belum tentu semua mahasiswa bisa lulus di mata kuliah, yang mungkin dianggap remeh temeh, seperti speaking, listening, reading, dan writing.

Dan percayalah, jika kalian sudah merelakan diri untuk belajar di Sastra Inggris, ilmu yang kalian dapatkan tidak sekedar Inggris-inggrisan yang bisa kalian dapatkan di tempat kursus.

Bahkan, kalau kalian sudah dibekali dengan kegemaran membaca, menonton film, atau dekat dengan isu-isu populer, maka obrolan dan pemikiran kalian bisa disejajarkan dengan mereka yang belajar di Ilmu Komunikasi.

Tidak percaya?
Makanya, nggak usah ikut SNMPTN lagi. Syukuri jalan pilihan Tuhan yang sudah ditentukan untuk kalian ini di sini. Setidaknya dengan bersyukur, nikmat belajarnya tidak jadi luntur.

Ini kusampaikan di awal sebab starting point selalu kuanggap penting. Mengubah mindset yang keliru jangan menunggu kalau sudah semester tua. Sebab banyak potensi yang sebenarnya bisa digali menjadi prestasi sejak dini.

Lagipula untuk apalah kalian ikut ujian lagi tahun depan? Bukankah kalian sudah membayar SPP dua semester dengan uang yang dicari dengan susah payah oleh orang tua? Bukankah kalian juga sudah memiliki banyak teman di sini?

Berilah  kesempatan adik-adikmu yang berjuang tahun depan. Jika kamu mau tau, sebenarnya masih banyak di luar sana yang ingin duduk sebagai mahasiswa Sastra Inggris UNS, namun nyatanya mereka gagal. Bukan karena mereka lebih bodoh dari kalian, bukan. Tapi kalian yang dipilih Tuhan. Dan jika Tuhan yang memutuskan, pasti ada alasannya, yang pasti terbaik untuk kita.

Maka dari itu, sambil mencoba merenungkan apa alasan Tuhan meletakkan kita sebagai mahasiswa Sastra Inggris UNS, coba nikmati dulu perjalanannya. Kalau tidak bisa jadi mahasiswa yang terbaik, yah... jalani dulu sebaik-baiknya.

Sebab, tulisan selanjutnya akan kuposting....... segera!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Info Harga Sewa Gedung Pernikahan (Venue for Wedding Package) di Semarang

Halo, semuanya... Lokasi Alam Indah Resto - dok. pribadi Jumat ini rasanya saya agak buntu ingin menulis apa. Akhirnya saya membuka sebuah forum pertanyaan di IG Story untuk mencari inspirasi, kira-kira tema apa yang menarik untuk saya ulas di blog pekan ini. Beberapa merekomendasikan untuk menulis hal-hal yang sifatnya personal. Ada juga yang menyarankan saya untuk menulis beberapa tema terkait masalah psikologi (mungkin karena dua buku yang saya tulis isu sentralnya psikologi populer ya hehe). Tapi, akhirnya hati saya kok malah condong menulis ini... Hehehe... Sekalian sharing  saja sih. Saya memang sedang mempersiapkan pernikahan. Pun, untuk urusan perkuliahan, saya kebetulan juga concern  untuk meneliti dunia industri pernikahan. Jadi, ya sekali tepuk bolehlah 3-4 urusan bisa diselesaikan. Mohon doanya ya semoga semuanya lancar dan segala sesuatunya dipermudah. Semoga juga nggak ada yang julid doain yang jelek-jelek.. hihi ups... *istighfar* Jadi di sini, saya akan

Konsep Suguhan Pernikahan dan Segala Resikonya

Beberapa hari yang lalu, saya merasa tersentil dengan komik singkat karya mas Dody YW yang diunggah melalui fanspage FB-nya " Goresan Dody ". Jujur, saya merasa tersentil sekaligus baper. Memang apa sih isi komiknya? Nih, berikut media komiknya saya lampirkan: Adab Makan sambil Duduk credits: FP Goresan Dody Sebagai individu yang sejak lahir di Semarang sampai lulus SMA, saya memang lebih familiar dengan konsep pernikahan yang menyuguhkan hidangan secara prasmanan. Para tamu disetting untuk antre makanan dan setelah dapat harus berdiri sambil berdesak-desakan untuk makan. Apakah tidak ada kursi? Biasanya ada, tapi jumlahnya hanya 1/10 dari jumlah undangan yang hadir. Berbeda dengan konsep pernikahan yang ada di Solo Raya (Sukoharjo, Klaten, Wonogiri, Karanganyar, Sragen), pernikahan dengan cara piring terbang masih mudah untuk ditemui. Meskipun beberapa ada yang sudah beralih dengan menggunakan konsep prasmanan, tetapi piring terbang masih jadi andalan. Pola menuny

Resensi Novel "Heart Emergency"

Judul Buku : Heart Emergency Penulis : Falla Adinda Penerbit : Bukune Sesuai sub judul dari novel ini yang bertuliskan "pahit manis cinta dokter muda" dan berbasis "Personal Literature", novel ini mengisahkan seorang Falla yang saat itu masih menjadi ko-ass di sebuah Rumah Sakit yang letaknya jauh dari tempat tinggalnya, memaksa ia untuk menjalani Long Distance Relationship dengan pacarnya saat itu yang bernama Reza tapi biasa dijuluki dengan sebutan Bul. Falla dan Reza telah menjalin hubungan selama 5 tahun. Namun seiring berjalannya waktu, kesibukan dan beban Falla sebagai ko-ass membuat Reza tidak bisa menerima keluh kesah dari kekasihnya tersebut hingga akhirnya mereka memutuskan untuk mengakhiri hubungan kisah cinta mereka yang telah berjalan selama 5 tahun. Sejak saat itu pula Falla menjadi malas dan tidak percaya bahwa Long Distance Relationship itu dapat bertahan lama. Namun keteguhan hati Falla akhirnya luluh saat bertemu Yama. Laki-laki yang