Langsung ke konten utama

Last Destination vs Rest Area

Perjalanan Panjang
Bertepatan dengan long weekend minggu lalu, aku baru saja menghabiskan waktu bersama keluarga dengan melalui perjalanan dari Semarang-Jogja-Bandung-Jakarta dan akhirnya dari Jakarta kami berpisah. Kakakku ada yang tetap di Jakarta, pulang ke Semarang, Jogja, dan aku sendiri langsung kembali ke Solo.

Ketika perjalanan kami berlangsung dari Bandung menuju ke Jakarta yang melewati Tol Cipularang membuatku terinspirasi untuk membuat analogi (lagi).

Di tengah perjalanan, tepatnya di KM 97 kami sempat berhenti di tempat peristirahatan yang biasa disebut dengan Rest Area. Kakakku sengaja memilih rest area di KM 97 karena di sana masjidnya besar dan pemandangan yang bisa dilihat dari masjid tersebut memang benar-benar indah. Selain itu, pilihan makanan yang tersaji di sana pun beraneka macam dengan SPBU yang cukup banyak sehingga tidak perlu mengantre terlalu panjang.

Dengan segala kenyamanan yang ada di rest area tersebut, aku hampir saja lupa bahwa perjalanan masih sangat jauh untuk mencapai Jakarta. Aku hampir saja terlalu tenggelam dalam rasa nyaman dengan percakapan hangat antara anggota keluarga sambil menikmati hidangan makan siang dengan suasana yang sangat mendukung. Hingga pada akhirnya kakakku memutuskan untuk mengajak kami semua kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan.

Sesampainya di Jakarta, semua berjalan seperti yang sudah direncanakan. Satu kata yang bisa aku katakan, menyenangkan. Aku bahkan hampir lupa dengan kegalauan hati yang sempat aku bawa dari Solo, entah masalah tugas, ujian, dan 'lain-lainnya'. Hingga kami memutuskan untuk bermalam di sebuah hotel di daerah Cikini untuk melepas lelah. Hotel yang cukup nyaman, dengan fasilitas bintang tiga dan keramah tamahan yang ditawarkan, aku semakin dibuat kerasan.

Hingga akhirnya hari Minggu pun datang dan perpisahan untuk pulang pun harus kami lakukan. Tepat pukul lima sore aku sudah mendarat di Bandara Adi Soemarmo, Solo. Setelah solat Ashar dan menaiki taxi, akhirnya tepat pukul enam sore aku sampai di kost. Saat ku buka kamarku, aku hanya bisa tersenyum sambil berkata,"aku pulang,"

Setelah aku merasakan rasa nyaman di rest area dan akhirnya aku kembali merasakan makan sendirian di burjo, merasakan tidur nyaman di hotel dan akhirnya kembali tidur nyenyak di kasur kapuk kamar kost, semuanya membuatku berpikir, lelahku dalam perjalanan panjang mungkin bisa ku hapus saat berada di tempat peristirahatan, tapi aku tetap akan pulang ke tujuan akhirku, the last destination.

Kadang aku juga berandai-andai,
Aku juga ingin dijadikan sebagai tempat seseorang kembali pulang atas perjalanannya yang panjang, bukan lagi sekedar menjadi tempat peristirahatan, yang hanya untuk mampir singgah sebentar, lalu pergi lagi.
Aku dengan segala kekuranganku dan kesederhanaanku ingin menjadi rumah dari seseorang, the last destination of somebody's long trip, dirindukan dan selalu diharapkan di waktu liburan, di tengah-tengah penatnya kesibukan di perantauan.

I'm available for your last destination not just for your rest area :')

Solo, 3 April 2013
DNMS

Komentar

  1. I have no idea, there should be many individuals who want you to be their last destination. A bright woman like you.

    BalasHapus
  2. Don't commend me.. I'm still not suitable enough for being 'home' yet

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Info Harga Sewa Gedung Pernikahan (Venue for Wedding Package) di Semarang

Halo, semuanya... Lokasi Alam Indah Resto - dok. pribadi Jumat ini rasanya saya agak buntu ingin menulis apa. Akhirnya saya membuka sebuah forum pertanyaan di IG Story untuk mencari inspirasi, kira-kira tema apa yang menarik untuk saya ulas di blog pekan ini. Beberapa merekomendasikan untuk menulis hal-hal yang sifatnya personal. Ada juga yang menyarankan saya untuk menulis beberapa tema terkait masalah psikologi (mungkin karena dua buku yang saya tulis isu sentralnya psikologi populer ya hehe). Tapi, akhirnya hati saya kok malah condong menulis ini... Hehehe... Sekalian sharing  saja sih. Saya memang sedang mempersiapkan pernikahan. Pun, untuk urusan perkuliahan, saya kebetulan juga concern  untuk meneliti dunia industri pernikahan. Jadi, ya sekali tepuk bolehlah 3-4 urusan bisa diselesaikan. Mohon doanya ya semoga semuanya lancar dan segala sesuatunya dipermudah. Semoga juga nggak ada yang julid doain yang jelek-jelek.. hihi ups... *istighfar* Jadi di sini, saya akan

Konsep Suguhan Pernikahan dan Segala Resikonya

Beberapa hari yang lalu, saya merasa tersentil dengan komik singkat karya mas Dody YW yang diunggah melalui fanspage FB-nya " Goresan Dody ". Jujur, saya merasa tersentil sekaligus baper. Memang apa sih isi komiknya? Nih, berikut media komiknya saya lampirkan: Adab Makan sambil Duduk credits: FP Goresan Dody Sebagai individu yang sejak lahir di Semarang sampai lulus SMA, saya memang lebih familiar dengan konsep pernikahan yang menyuguhkan hidangan secara prasmanan. Para tamu disetting untuk antre makanan dan setelah dapat harus berdiri sambil berdesak-desakan untuk makan. Apakah tidak ada kursi? Biasanya ada, tapi jumlahnya hanya 1/10 dari jumlah undangan yang hadir. Berbeda dengan konsep pernikahan yang ada di Solo Raya (Sukoharjo, Klaten, Wonogiri, Karanganyar, Sragen), pernikahan dengan cara piring terbang masih mudah untuk ditemui. Meskipun beberapa ada yang sudah beralih dengan menggunakan konsep prasmanan, tetapi piring terbang masih jadi andalan. Pola menuny

Resensi Novel "Heart Emergency"

Judul Buku : Heart Emergency Penulis : Falla Adinda Penerbit : Bukune Sesuai sub judul dari novel ini yang bertuliskan "pahit manis cinta dokter muda" dan berbasis "Personal Literature", novel ini mengisahkan seorang Falla yang saat itu masih menjadi ko-ass di sebuah Rumah Sakit yang letaknya jauh dari tempat tinggalnya, memaksa ia untuk menjalani Long Distance Relationship dengan pacarnya saat itu yang bernama Reza tapi biasa dijuluki dengan sebutan Bul. Falla dan Reza telah menjalin hubungan selama 5 tahun. Namun seiring berjalannya waktu, kesibukan dan beban Falla sebagai ko-ass membuat Reza tidak bisa menerima keluh kesah dari kekasihnya tersebut hingga akhirnya mereka memutuskan untuk mengakhiri hubungan kisah cinta mereka yang telah berjalan selama 5 tahun. Sejak saat itu pula Falla menjadi malas dan tidak percaya bahwa Long Distance Relationship itu dapat bertahan lama. Namun keteguhan hati Falla akhirnya luluh saat bertemu Yama. Laki-laki yang