"Mimpi itu kenapa harus teringat lagi?"
Astrid beristighfar lebih khusyuk dari sebelumnya. Ia menarik nafas dalam-dalam mencoba mencari ketenangan batin dari firasatnya sendiri. Ada kekhawatiran tersendiri yang muncul dari benaknya. Sudah hampir dua tahun ia tidak berkomunikasi dengan Hanung. Selama itu pula ia sudah hampir berhasil melupakannya. Kini ia seperti merasa tersedak secara tiba-tiba. Bayangan yang muncul di sujud terakhirnya itu seakan menjadi sebuah pertanda baginya.
Sesampainya di kost, ia memutuskan untuk segera mandi dan istirahat. Astrid tidak ingin berpikiran macam-macam. Tugas kuliah, tanggung jawab, dan amanahnya sudah berhasil membuatnya cukup pusing. Ia tidak ingin bayangan Hanung akan menambah beban di kepalanya. Bersama air dingin, ia berharap mampu mendinginkan kepalanya akan panasnya memori dan kenangan.
Setelah solat Isya, tiba-tiba ponsel Astrid berdering. Ada telepon masuk dari nomor yang tidak terdaftar di kontaknya.
"Hallo..." kata Astrid mengawali percakapan tanpa curiga.
"Assalamualaykum Astrid." Astrid terhenyak mendengar suara dari seberang ponselnya.
"Wa... waalaykumsalam," jawab Astrid terbata-bata seperti masih tidak percaya. "I... ini Hanung?"
"Iya, Trid. Ini aku. Kamu apa kabar?"
"Allahu Akbar. Manusia ini kenapa tiba-tiba harus hadir lagi ya Allah. Ternyata benar firasatku sore tadi" kata Astrid dalam hati. "Alhamdulillah baik. Ada apa, Nung?"
"Aduh, nanyamu kok to the point gitu sih? Apa nggak boleh aku nelepon kamu tanpa harus ada apa-apa? Hehe" kata Hanung mencoba mengakrabi. Astrid berada dalam persimpangan. Dalam hati ia merasa muak. Kenapa Hanung harus hadir lagi setelah ia sudah bersusah payah bahkan hampir berhasil melupakannya. Namun di sisi lain, Astrid pun merasa senang jika mendapati Hanung masih mengingatnya, masih sudi untuk menghubunginya, entah apa pun alasannya. "Ya Rabbi, jangan masukkan aku ke dalam jurang cintanya lagi,"
"Iya, nggak apa-apa sih. Kamu apa kabar juga by the way?" Astrid pun mencoba untuk bersikap senatural mungkin.
"Alhamdulillah, baik. Sebentar lagi penelitianku selesai. Doain aja ya supaya lancar, biar tahun ini bisa wisuda S.Ked. dan tahun depan bisa langsung koas."
"Bahkan tanpa perlu kau minta, aku sudah selalu mendoakan kebaikanmu, Hanung."
"Iya, insya Allah selalu diberi kemudahan dan kelancaran ya. Jangan lupa syukuran, ajak aku juga. hahaha" kata Astrid setengah bercanda.
"Insya Allah, pasti kamu aku ajak dong. Kamu juga kayaknya tambah keren ya sekarang. Tulisannya sering dimuat di media, jadi mahasiswa teladan juga di kampus."
"Bagaimana ia bisa tahu? Apakah ia juga diam-diam sering memperhatikan aktivitasku? Mencari tahu bagaimana kabarku?"
"Hehe tahu darimana kamu? Yang keren bukan aku, itu kuasa-Nya Allah, Nung. Aku sendiri juga nggak nyangka kok."
"Dari dulu aku tahu kok kalo kamu emang selalu punya potensi. Oh iya... ngomong-ngomong besok kamu free nggak?"
"Kuliah aja kok sampe jam 11. Kenapa?"
"Aku mau ke Solo, ada urusan sebentar di FK kampusmu. Habis itu aku jemput ya?"
Astrid pun semakin terhenyak, tidak menjawab, dan sepertinya tidak akan menjawab tidak.
Astrid beristighfar lebih khusyuk dari sebelumnya. Ia menarik nafas dalam-dalam mencoba mencari ketenangan batin dari firasatnya sendiri. Ada kekhawatiran tersendiri yang muncul dari benaknya. Sudah hampir dua tahun ia tidak berkomunikasi dengan Hanung. Selama itu pula ia sudah hampir berhasil melupakannya. Kini ia seperti merasa tersedak secara tiba-tiba. Bayangan yang muncul di sujud terakhirnya itu seakan menjadi sebuah pertanda baginya.
Sesampainya di kost, ia memutuskan untuk segera mandi dan istirahat. Astrid tidak ingin berpikiran macam-macam. Tugas kuliah, tanggung jawab, dan amanahnya sudah berhasil membuatnya cukup pusing. Ia tidak ingin bayangan Hanung akan menambah beban di kepalanya. Bersama air dingin, ia berharap mampu mendinginkan kepalanya akan panasnya memori dan kenangan.
Setelah solat Isya, tiba-tiba ponsel Astrid berdering. Ada telepon masuk dari nomor yang tidak terdaftar di kontaknya.
"Hallo..." kata Astrid mengawali percakapan tanpa curiga.
"Assalamualaykum Astrid." Astrid terhenyak mendengar suara dari seberang ponselnya.
"Wa... waalaykumsalam," jawab Astrid terbata-bata seperti masih tidak percaya. "I... ini Hanung?"
"Iya, Trid. Ini aku. Kamu apa kabar?"
"Allahu Akbar. Manusia ini kenapa tiba-tiba harus hadir lagi ya Allah. Ternyata benar firasatku sore tadi" kata Astrid dalam hati. "Alhamdulillah baik. Ada apa, Nung?"
"Aduh, nanyamu kok to the point gitu sih? Apa nggak boleh aku nelepon kamu tanpa harus ada apa-apa? Hehe" kata Hanung mencoba mengakrabi. Astrid berada dalam persimpangan. Dalam hati ia merasa muak. Kenapa Hanung harus hadir lagi setelah ia sudah bersusah payah bahkan hampir berhasil melupakannya. Namun di sisi lain, Astrid pun merasa senang jika mendapati Hanung masih mengingatnya, masih sudi untuk menghubunginya, entah apa pun alasannya. "Ya Rabbi, jangan masukkan aku ke dalam jurang cintanya lagi,"
"Iya, nggak apa-apa sih. Kamu apa kabar juga by the way?" Astrid pun mencoba untuk bersikap senatural mungkin.
"Alhamdulillah, baik. Sebentar lagi penelitianku selesai. Doain aja ya supaya lancar, biar tahun ini bisa wisuda S.Ked. dan tahun depan bisa langsung koas."
"Bahkan tanpa perlu kau minta, aku sudah selalu mendoakan kebaikanmu, Hanung."
"Iya, insya Allah selalu diberi kemudahan dan kelancaran ya. Jangan lupa syukuran, ajak aku juga. hahaha" kata Astrid setengah bercanda.
"Insya Allah, pasti kamu aku ajak dong. Kamu juga kayaknya tambah keren ya sekarang. Tulisannya sering dimuat di media, jadi mahasiswa teladan juga di kampus."
"Bagaimana ia bisa tahu? Apakah ia juga diam-diam sering memperhatikan aktivitasku? Mencari tahu bagaimana kabarku?"
"Hehe tahu darimana kamu? Yang keren bukan aku, itu kuasa-Nya Allah, Nung. Aku sendiri juga nggak nyangka kok."
"Dari dulu aku tahu kok kalo kamu emang selalu punya potensi. Oh iya... ngomong-ngomong besok kamu free nggak?"
"Kuliah aja kok sampe jam 11. Kenapa?"
"Aku mau ke Solo, ada urusan sebentar di FK kampusmu. Habis itu aku jemput ya?"
Astrid pun semakin terhenyak, tidak menjawab, dan sepertinya tidak akan menjawab tidak.
Komentar
Posting Komentar