Langsung ke konten utama

(Un)Fairy Tale #16 - Penyesalan Hanung

Hanung melihat sosok perempuan yang lebih anggun dari sosok yang ia temui dua tahun yang lalu. Pertemuan terakhir yang sebenarnya tidak memberi arah kepastian pada keduanya, entah harus berpisah atau tetap bersama. Yang ia ingat, dua tahun yang lalu, ia telah membuat seorang perempuan yang dulu begitu ia cintai berlinang air mata di hadapannya. Karena ketidaksetiaannya, karena ketidakpastiannya.

"Aku sayang kamu, Hanung." begitu jelas ingatannya ketika Astrid mengiba dan berkata bahwa Astrid begitu mencintainya. Sambil berlinang air mata, Astrid mencoba untuk mengiba, meminta kepastian, menuntut kesetiaan. Kehadiran bidadari lain yang ada di sekitarnya membuat Hanung berhasil menciptakan kecewa di hati perempuan yang dicintainya.

"Aku tahu." hanya itu yang bisa Hanung katakan. Tidak ada kalimat 'Aku pun menyayangimu' atau sejenisnya dari mulut Hanung di pertemuan terakhir itu. Ia merasa di persimpangan jalan. Ia butuh kehadiran, Astrid tidak mampu memberikan, dan Hanung bukanlah manusia yang mampu berdiri dalam belenggu penantian dalam kesendirian. Astrid pun juga sudah merasa cukup untuk memohon. Mereka pun tidak lagi saling berhubungan. Keduanya tidak ada yang berani mengawal pembicaraan apalagi pertemuan, hingga dua tahun lamanya.

Kini ia melihat gadis yang menangis di hadapannya dua tahun yang lalu itu sudah nampak begitu tegar. Ia terlihat semakin anggun dan dewasa. Sosok idaman. Sosok yang tetap menawan.

Hanung mencoba membukakan pintu mobil untuk Astrid. Sambil bercanda Hanung mencoba untuk menggodanya,"Silakan adinda..."

Astrid yang paham sedang digoda pun membalas dengan senyuman, "Terima kasih kakanda..."

"Mau kemana kita?" tanya Hanung dengan nada bicara seperti Dora The Explorer.

"Kan kamu yang ngajak. Kok malah tanya aku?"

"Sengaja. Hari ini aku pengen nurutin kamu."

"Idih. Ya udah jalan dulu aja. Kamu udah makan belum? Kalo belum makan dulu aja,"

"Ide bagus." pedal kopling pun mulai dilepas, mereka berdua memulai perjalanan mereka. Obrolan mereka pun mengalir begitu saja. Tidak ada yang berubah. Hanya saja keduanya menghindari percakapan tentang hubungan mereka di masa lalu dan segala problematikanya. Baik Astrid maupun Hanung sudah merasa nyaman bisa bertemu walaupun mereka sadar bukan perkara yang mudah untuk kembali bersatu.


Pertemuan siang itu Hanung rencanakan bukan tanpa alasan. Kenangan membawanya pulang ke pintu hati Astrid. Namun ia begitu sadar diri, hati Astrid sudah penuh luka yang ia buat sendiri di masa lalu.


Sesampainya di tempat makan, Astrid masih sibuk untuk membenahi jilbabnya. Hanung sudah biasa melihat ritual Astrid sebelum turun dari mobil. Bedanya dulu ia lebih fokus membenahi rambutnya, dan kini ia sibuk untuk membenahi jilbabnya.

"Udah cantik kok, ayo turun... Jangan dandan melulu."

"Hehehe nggakpapa dong. Siapa tahu ada yang ganteng nanti di dalem, kan malu kalo jilbabku berantakan."

"Ya ampun. Emang aku kurang ganteng apa sih?"

"Nggak ada yang kurang dari kamu kok, Nung."

"Lha terus...?"

"Cuma kurang setia aja. hehehe" Astrid mulai mengambil topik candaan yang menjurus. Hanung yang merasa tersindir pun tidak bisa tersinggung. Ia akhirnya tertawa sambil menyadari kesalahannya. Mutiara seindah Astrid sudah ia sia-siakan begitu saja. Seharusnya ia tidak perlu membuat luka. Seharusnya mereka berdua sampai saat ini masih bisa tetap bersama. Seharusnya ia bisa setia. Seharusnya... Tapi senyatanya tak selalu bisa seindah yang seharusnya.

"Kamu mau pesen apa?"

"Susu murni sama roti bakar aja deh."

Astrid pun memesan  makanan. Saat Astrid mengacungkan jarinya untuk menunjukkan jumlah pesanan kepada si pembeli, Hanung melihat jari manis Astrid sudah dilingkari cincin emas.

"Astrid, jarimu... Apakah aku terlambat?" kata Hanung dalam hati dengan penuh tanda tanya. Ia meraba sakunya. Hanung pun semakin menyesal dan kembali menelan rasa kecewa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Info Harga Sewa Gedung Pernikahan (Venue for Wedding Package) di Semarang

Halo, semuanya... Lokasi Alam Indah Resto - dok. pribadi Jumat ini rasanya saya agak buntu ingin menulis apa. Akhirnya saya membuka sebuah forum pertanyaan di IG Story untuk mencari inspirasi, kira-kira tema apa yang menarik untuk saya ulas di blog pekan ini. Beberapa merekomendasikan untuk menulis hal-hal yang sifatnya personal. Ada juga yang menyarankan saya untuk menulis beberapa tema terkait masalah psikologi (mungkin karena dua buku yang saya tulis isu sentralnya psikologi populer ya hehe). Tapi, akhirnya hati saya kok malah condong menulis ini... Hehehe... Sekalian sharing  saja sih. Saya memang sedang mempersiapkan pernikahan. Pun, untuk urusan perkuliahan, saya kebetulan juga concern  untuk meneliti dunia industri pernikahan. Jadi, ya sekali tepuk bolehlah 3-4 urusan bisa diselesaikan. Mohon doanya ya semoga semuanya lancar dan segala sesuatunya dipermudah. Semoga juga nggak ada yang julid doain yang jelek-jelek.. hihi ups... *istighfar* Jadi di sini, ...

Miyago Pak Joko - Rekomendasi Pecinta Mie Ayam di Semarang

Kalau teman-teman termasuk mie ayam holic kayak saya, nih... saya minggu lalu baru saja jajan ke Mie Ayam Goreng alias Miyago di warung Pak Joko. Lokasinya di daerah Banyumanik. Jadi kalau kalian sering ke daerah Semarang atas, dan sliwar-sliwer mau ke arah tol dan lewat Jalan Durian, coba deh mampir ke sini. sumber: dokumentasi pribadi Tidak seperti mie ayam kebanyakan yang disajikan dengan kuah, mie ayam ini hadir tanpa kuah sama sekal. (Ya iyalah ya... namanya juga mie ayam goreng. hehehe). Eh, tapi di sini juga menyediakan mie ayam yang kuah kok. Cuma... ya... menurutku mie ayam kuahnya kurang begitu enak. Kayak kurang asin gitu, hambar, kalo orang Semarang bilang anyep. Jadi, kalau kalian mampir ke sini, saran saya sih pesan miyago-nya saja. Rasanya kayak gimana sih? Jadi, main taste  dari miyago ini lebih ke gurih. Tidak dominan manis kecap seperti bakmie jawa yang beredar tiap malam di depan rumah. Sama seperti makan mie instan, tapi lebih gurih. Saya pikir awa...

Resensi Novel "Heart Emergency"

Judul Buku : Heart Emergency Penulis : Falla Adinda Penerbit : Bukune Sesuai sub judul dari novel ini yang bertuliskan "pahit manis cinta dokter muda" dan berbasis "Personal Literature", novel ini mengisahkan seorang Falla yang saat itu masih menjadi ko-ass di sebuah Rumah Sakit yang letaknya jauh dari tempat tinggalnya, memaksa ia untuk menjalani Long Distance Relationship dengan pacarnya saat itu yang bernama Reza tapi biasa dijuluki dengan sebutan Bul. Falla dan Reza telah menjalin hubungan selama 5 tahun. Namun seiring berjalannya waktu, kesibukan dan beban Falla sebagai ko-ass membuat Reza tidak bisa menerima keluh kesah dari kekasihnya tersebut hingga akhirnya mereka memutuskan untuk mengakhiri hubungan kisah cinta mereka yang telah berjalan selama 5 tahun. Sejak saat itu pula Falla menjadi malas dan tidak percaya bahwa Long Distance Relationship itu dapat bertahan lama. Namun keteguhan hati Falla akhirnya luluh saat bertemu Yama. Laki-laki yang ...