Astrid tidak pernah menyangka bahwa niatnya untuk sekedar bercerita pada ayahnya harus berbuntut panjang. Ia seketika merasa tidak tenang dengan permintaan ayahnya untuk bertemu dengan Hanung sebelum datang hari wisuda tersebut.
Merasa tak ingin pusing sendiri, Astrid langsung mengabari Hanung perkara ini via SMS
"Ayah baru ngizinin aku dateng ke wisudamu, kalo kamu dateng ke rumah, ketemu ayah."
-SENT-
Hanung yang sedang fokus menyetir mobilnya, langsung membuka ponselnya ketika ia mengetahui ada pesan yang masuk. Saat ia membaca pesan itu dan ia sadar bahwa pesan itu berasal dari Astrid, ia hanya tersenyum sambil meletakkan kembali ponselnya ke saku.
Bukan, bukan karena Hanung tak bersedia menemui ayahnya Astrid, ia hanya ingin fokus menyetir dan tidak mengetik SMS sambil mengemudi.
Sekedar untuk merelaksasi pikirannya sambil mencoba menikmati suasana hati, Hanung menyalakan music player yang ada di mobilnya. Tanpa disengaja, lagu The Scientist yang dinyanyikan oleh Coldplay langsung terputar. Dengan gerimis yang jatuh di sepanjang perjalanan langit Boyolali-Ampel, Hanung semakin menikmati perjalanan pulangnya.
Come up to meet you
Tell you I'm sorry
You don't know how lovely... you are...
I have ti find you
tell you I need you
tell you I set you apart
Tell me a secret
Ask me a question
Let's go back to the start...
"Jika pergi memang memerlukan tujuan, maka izinkan kembali padamu yang kujadikan tujuan akhirku, maafkan aku, insya Allah Jumat depan aku temui ayahmu,"
-SENT-
Hanung membalas pesan itu dengan kemantapan hati, tanpa mempedulikan siapa yang telah lebih dulu memberi cincin yang telah melingkar di jari manis Astrid. Ia tahu bahwa ayahnya Astrid pasti beritikad baik untuk memintanya menemuinya. Naluri laki-lakinya berbicara, bahwa ia pasti tak ingin melihat anak gadisnya terluka.
Beberapa menit berjalan setelah meminggirkan mobilnya untuk membalas pesan dari Astrid, ponselnya kembali berdering. Kali ini bukan pesan masuk melainkan telepon. Hanung yang masih fokus mengemudikan mobil asal saja mengangkat panggilan tersebut dan mengira bahwa yang meneleponnya adalah Astrid.
"Anak ini, pasti udah bingungan sambil mbingungi baca SMSku barusan... hehe." Sambil tetap tersenyum membayangkan wajah Astrid, Hanung pun mencoba mengangkat telepon tersebut.
"Halo, Assalamualaykum..." kata Hanung mengawali percakapan dengan santai.
"Waalaykumussalam... kamu lagi dimana, Nung?" bukan suara Astrid, tapi suara laki-laki yang ia dengar. Hanung pun seketika sadar, ia mencoba membaca layar, sebenarnya siapa yang meneleponnya.
"Eh, kenapa Nif? Aku masih di jalan balik dari Solo. Kenapa?" tanya Hanung pada Hanif yang tidak biasa-biasanya meneleponnya dengan suara yang sedikit panik dan tergesa-gesa.
"Nyampe sini jam berapa?"
"Paling satu setengah jam lagi. Ada apa?"
"Ya udah. Cepetan ya. Kalo udah nyampe langsung menuju RS, ditunggu."
"Ada apa sih? Kok kayaknya urgent gitu. Ada urusan apa kok weekend harus ke RS? Besok kan nggak ada skill-lab,"
"Dinar, masuk UGD."
Merasa tak ingin pusing sendiri, Astrid langsung mengabari Hanung perkara ini via SMS
"Ayah baru ngizinin aku dateng ke wisudamu, kalo kamu dateng ke rumah, ketemu ayah."
-SENT-
Hanung yang sedang fokus menyetir mobilnya, langsung membuka ponselnya ketika ia mengetahui ada pesan yang masuk. Saat ia membaca pesan itu dan ia sadar bahwa pesan itu berasal dari Astrid, ia hanya tersenyum sambil meletakkan kembali ponselnya ke saku.
Bukan, bukan karena Hanung tak bersedia menemui ayahnya Astrid, ia hanya ingin fokus menyetir dan tidak mengetik SMS sambil mengemudi.
Sekedar untuk merelaksasi pikirannya sambil mencoba menikmati suasana hati, Hanung menyalakan music player yang ada di mobilnya. Tanpa disengaja, lagu The Scientist yang dinyanyikan oleh Coldplay langsung terputar. Dengan gerimis yang jatuh di sepanjang perjalanan langit Boyolali-Ampel, Hanung semakin menikmati perjalanan pulangnya.
Come up to meet you
Tell you I'm sorry
You don't know how lovely... you are...
I have ti find you
tell you I need you
tell you I set you apart
Tell me a secret
Ask me a question
Let's go back to the start...
"Jika pergi memang memerlukan tujuan, maka izinkan kembali padamu yang kujadikan tujuan akhirku, maafkan aku, insya Allah Jumat depan aku temui ayahmu,"
-SENT-
Hanung membalas pesan itu dengan kemantapan hati, tanpa mempedulikan siapa yang telah lebih dulu memberi cincin yang telah melingkar di jari manis Astrid. Ia tahu bahwa ayahnya Astrid pasti beritikad baik untuk memintanya menemuinya. Naluri laki-lakinya berbicara, bahwa ia pasti tak ingin melihat anak gadisnya terluka.
Beberapa menit berjalan setelah meminggirkan mobilnya untuk membalas pesan dari Astrid, ponselnya kembali berdering. Kali ini bukan pesan masuk melainkan telepon. Hanung yang masih fokus mengemudikan mobil asal saja mengangkat panggilan tersebut dan mengira bahwa yang meneleponnya adalah Astrid.
"Anak ini, pasti udah bingungan sambil mbingungi baca SMSku barusan... hehe." Sambil tetap tersenyum membayangkan wajah Astrid, Hanung pun mencoba mengangkat telepon tersebut.
"Halo, Assalamualaykum..." kata Hanung mengawali percakapan dengan santai.
"Waalaykumussalam... kamu lagi dimana, Nung?" bukan suara Astrid, tapi suara laki-laki yang ia dengar. Hanung pun seketika sadar, ia mencoba membaca layar, sebenarnya siapa yang meneleponnya.
"Eh, kenapa Nif? Aku masih di jalan balik dari Solo. Kenapa?" tanya Hanung pada Hanif yang tidak biasa-biasanya meneleponnya dengan suara yang sedikit panik dan tergesa-gesa.
"Nyampe sini jam berapa?"
"Paling satu setengah jam lagi. Ada apa?"
"Ya udah. Cepetan ya. Kalo udah nyampe langsung menuju RS, ditunggu."
"Ada apa sih? Kok kayaknya urgent gitu. Ada urusan apa kok weekend harus ke RS? Besok kan nggak ada skill-lab,"
"Dinar, masuk UGD."
Komentar
Posting Komentar