Langsung ke konten utama

Move On yang Sesungguhnya

Sudah 2015, masih belum move on?

Mungkin pertanyaan ini akan ditertawakan secara jamaah oleh mereka yang memang sudah benar-benar move on. Tapi bagi mereka yang masih gagal dalam resolusinya di kesekian-tahun-baru, maka pertanyaan di atas akan menjadi sebuah tamparan keras.

Jelas saja demikian. Bagi para pembaca yang mungkin kenal dekat dengan saya,  pasti merasa tidak asing dengan tulisan-tulisan (hina) saya saat masa-masa galau dulu.

Sini, saya kasih tahu... kalau sekarang saya masih jomblo.

Aneh?
Pasti kalian mengira bahwa saya sampai sekarang masih belum move on. Bukan, bukan karena saya nggak laku juga. Kalau saya mau, saya bisa saja pacaran. Tinggal bilang "iya" ke salah satu dari yang mau sama saya, selesai perkara. Saya nantinya lepas dari kehinaan jomblo yang mana sering di-bully di sosial media.


Beberapa teman yang "kasihan" pada saya akhirnya mencoba mengenalkan beberapa teman lelakinya pada saya. Alih-alih untuk jadian, BBM-nya intens saya respon juga alhamdulillah.

Pasti saya dikira SOMBONG

Ya bolehlah, silakan... Manusia kayak saya mah emang pantes dihina. Tapi jujur saja, saya memang bukan tipikal orang yang addicted untuk chatting atau smsan terlalu lama. Sekedar informasi, bahwa saya sekarang benar-benar menikmati hidup saya di dunia nyata. Memperluas pergaulan dan wawasan, belajar dan berjalan, memperbanyak teman yang benar-benar nyata, tertawa lepas tanpa menggunakan ketikan "wkwkwkwk", adalah warna warni hidup saya sekarang dan insha Allah seterusnya.

Pun, kenapa saya jomblo? Karena saya memang belum pantas untuk mendapatkan pendamping. Makanya, saya sedang sibuk-sibuknya memantaskan diri... jadi maaf kalau BBM, WA, atau SMS-nya sering nggak saya balas. hehehe

Intinya...

Kehilangan mengajarkan saya untuk lebih bijaksana mengelola air mata. Sebenar-benarnya kehilangan akan menyadarkan kita bahwa sebenarnya manusia memang tidak punya apa-apa.

Dan semenjak ibu saya menghadap Yang Mahakuasa, saya merasa itu adalah titik dimana saya memang sudah tidak punya apa-apa dan siapa-siapa, selain Sang Pencipta.
Dan ketika saya memutuskan untuk semakin mendekat pada-Nya, saya malah merasa dicukupkan segalanya. Yang hilang seolah tergantikan. Air mata seakan terbayar bahagia. Rasa sesak di dada seperti diberi kelonggaran untuk mengecap nikmatnya keikhlasan.

Rasanya ingin sekali berbagi kenikmatan ini dengan mereka yang masih saja gagal dengan resolusinya dari tahun ke tahun. Sayangnya Dia hanya menghendaki nikmat ini dirasakan oleh mereka yang mencari, maka Allah baru menghendaki. (Q.S. 28:56)

Ya, semoga siapa pun yang membaca tulisan ini, kelak segera ingin mencari dan ikut menikmati kebahagiaan ini. Kebahagiaan dalam berhijrah, move on yang sesungguhnya, menuju kebaikan dan kebahagiaan yang hakiki tanpa perlu pusing menargetkan resolusi.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Info Harga Sewa Gedung Pernikahan (Venue for Wedding Package) di Semarang

Halo, semuanya... Lokasi Alam Indah Resto - dok. pribadi Jumat ini rasanya saya agak buntu ingin menulis apa. Akhirnya saya membuka sebuah forum pertanyaan di IG Story untuk mencari inspirasi, kira-kira tema apa yang menarik untuk saya ulas di blog pekan ini. Beberapa merekomendasikan untuk menulis hal-hal yang sifatnya personal. Ada juga yang menyarankan saya untuk menulis beberapa tema terkait masalah psikologi (mungkin karena dua buku yang saya tulis isu sentralnya psikologi populer ya hehe). Tapi, akhirnya hati saya kok malah condong menulis ini... Hehehe... Sekalian sharing  saja sih. Saya memang sedang mempersiapkan pernikahan. Pun, untuk urusan perkuliahan, saya kebetulan juga concern  untuk meneliti dunia industri pernikahan. Jadi, ya sekali tepuk bolehlah 3-4 urusan bisa diselesaikan. Mohon doanya ya semoga semuanya lancar dan segala sesuatunya dipermudah. Semoga juga nggak ada yang julid doain yang jelek-jelek.. hihi ups... *istighfar* Jadi di sini, ...

Miyago Pak Joko - Rekomendasi Pecinta Mie Ayam di Semarang

Kalau teman-teman termasuk mie ayam holic kayak saya, nih... saya minggu lalu baru saja jajan ke Mie Ayam Goreng alias Miyago di warung Pak Joko. Lokasinya di daerah Banyumanik. Jadi kalau kalian sering ke daerah Semarang atas, dan sliwar-sliwer mau ke arah tol dan lewat Jalan Durian, coba deh mampir ke sini. sumber: dokumentasi pribadi Tidak seperti mie ayam kebanyakan yang disajikan dengan kuah, mie ayam ini hadir tanpa kuah sama sekal. (Ya iyalah ya... namanya juga mie ayam goreng. hehehe). Eh, tapi di sini juga menyediakan mie ayam yang kuah kok. Cuma... ya... menurutku mie ayam kuahnya kurang begitu enak. Kayak kurang asin gitu, hambar, kalo orang Semarang bilang anyep. Jadi, kalau kalian mampir ke sini, saran saya sih pesan miyago-nya saja. Rasanya kayak gimana sih? Jadi, main taste  dari miyago ini lebih ke gurih. Tidak dominan manis kecap seperti bakmie jawa yang beredar tiap malam di depan rumah. Sama seperti makan mie instan, tapi lebih gurih. Saya pikir awa...

Konsep Suguhan Pernikahan dan Segala Resikonya

Beberapa hari yang lalu, saya merasa tersentil dengan komik singkat karya mas Dody YW yang diunggah melalui fanspage FB-nya " Goresan Dody ". Jujur, saya merasa tersentil sekaligus baper. Memang apa sih isi komiknya? Nih, berikut media komiknya saya lampirkan: Adab Makan sambil Duduk credits: FP Goresan Dody Sebagai individu yang sejak lahir di Semarang sampai lulus SMA, saya memang lebih familiar dengan konsep pernikahan yang menyuguhkan hidangan secara prasmanan. Para tamu disetting untuk antre makanan dan setelah dapat harus berdiri sambil berdesak-desakan untuk makan. Apakah tidak ada kursi? Biasanya ada, tapi jumlahnya hanya 1/10 dari jumlah undangan yang hadir. Berbeda dengan konsep pernikahan yang ada di Solo Raya (Sukoharjo, Klaten, Wonogiri, Karanganyar, Sragen), pernikahan dengan cara piring terbang masih mudah untuk ditemui. Meskipun beberapa ada yang sudah beralih dengan menggunakan konsep prasmanan, tetapi piring terbang masih jadi andalan. Pola menuny...