Langsung ke konten utama

Harap Tak (Banyak) Berharap

 





Day 3 - Harapan terbesar untuk blog kamu


"Don't expect too much, or you will hurt much" begitu kata pepatah. Dasar aku orangnya lagi mencoba sembuh dari masa-masa depresif yak, jadi mohon maap nih kalau aku belum berani juga pasang standar yang gimana-gimana.

Tapi, jujur, ikutan #BPNRamadan2021 ini merupakan salah satu caraku untuk healing. Asal kalian tahu, aku sudah vakum menulis selama satu tahun pasca melahirkan. Selain repotnya mengurus bayi dan rumah tangga, aku juga merasa kehilangan daya dan semangat untuk menulis. Aku hanya bisa berencana membuat kerangka tulisan, tapi pada akhirnya semua itu hanya berakhir pada rencana omong kosong belaka.

Aku stres setengah mati. Aku bahkan sudah kehilangan semangat, apakah seumur hidup waktuku akan habis untuk mengurus anak tanpa bisa menulis lagi. Sampai mati. Oh, sungguh, melelahkan sekali dan membosankan setengah mati. Ya Allah Gusti, waktu itu doaku hanya ingin segera menyusul almarhumah ibuku saja saking lelahnya.

Akhirnya, aku konsul ke psikolog juga. Aku masih kepengen waras. Walaupun nanti pada akhirnya aku akan mati, setidaknya aku tidak ingin mati karena rasa putus asa. 

Psikolog menyarankan aku untuk mengambil me time. Ia berkata aku butuh istirahat. Seorang ibu tidak perlu belaga menjadi superhero yang bisa segalanya. 

Dan benar saja, ketika aku mencoba rutin mengambil waktu istirahatku, aku kembali membaik. Aku berlatih untuk mengelola emosiku lagi. Dan mengikuti challenge dari blogger perempuan ini merupakan salah satu bentuk me time ku.

Jadi, kalau ditanya apa harapan terbesar untuk blog ini adalah tidak ada. Aku justru berterima kasih pada blog ini, juga pada blogger perempuan. Secara pribadi, aku tidak berharap apa-apa selain bisa tetap waras dan sembuh dari depresi pasca melahirkan ini. Dan ke depannya bisa semakin semangat menjalani hari sebagai ibu dan perempuan yang waras dan bahagia.

Hehe. Terima kasih sudah berkenan membaca. Salam sayang dan hangatku untuk seluruh ibu di dunia. Semoga kalian senantiasa bahagia


Salam

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Info Harga Sewa Gedung Pernikahan (Venue for Wedding Package) di Semarang

Halo, semuanya... Lokasi Alam Indah Resto - dok. pribadi Jumat ini rasanya saya agak buntu ingin menulis apa. Akhirnya saya membuka sebuah forum pertanyaan di IG Story untuk mencari inspirasi, kira-kira tema apa yang menarik untuk saya ulas di blog pekan ini. Beberapa merekomendasikan untuk menulis hal-hal yang sifatnya personal. Ada juga yang menyarankan saya untuk menulis beberapa tema terkait masalah psikologi (mungkin karena dua buku yang saya tulis isu sentralnya psikologi populer ya hehe). Tapi, akhirnya hati saya kok malah condong menulis ini... Hehehe... Sekalian sharing  saja sih. Saya memang sedang mempersiapkan pernikahan. Pun, untuk urusan perkuliahan, saya kebetulan juga concern  untuk meneliti dunia industri pernikahan. Jadi, ya sekali tepuk bolehlah 3-4 urusan bisa diselesaikan. Mohon doanya ya semoga semuanya lancar dan segala sesuatunya dipermudah. Semoga juga nggak ada yang julid doain yang jelek-jelek.. hihi ups... *istighfar* Jadi di sini, saya akan

Konsep Suguhan Pernikahan dan Segala Resikonya

Beberapa hari yang lalu, saya merasa tersentil dengan komik singkat karya mas Dody YW yang diunggah melalui fanspage FB-nya " Goresan Dody ". Jujur, saya merasa tersentil sekaligus baper. Memang apa sih isi komiknya? Nih, berikut media komiknya saya lampirkan: Adab Makan sambil Duduk credits: FP Goresan Dody Sebagai individu yang sejak lahir di Semarang sampai lulus SMA, saya memang lebih familiar dengan konsep pernikahan yang menyuguhkan hidangan secara prasmanan. Para tamu disetting untuk antre makanan dan setelah dapat harus berdiri sambil berdesak-desakan untuk makan. Apakah tidak ada kursi? Biasanya ada, tapi jumlahnya hanya 1/10 dari jumlah undangan yang hadir. Berbeda dengan konsep pernikahan yang ada di Solo Raya (Sukoharjo, Klaten, Wonogiri, Karanganyar, Sragen), pernikahan dengan cara piring terbang masih mudah untuk ditemui. Meskipun beberapa ada yang sudah beralih dengan menggunakan konsep prasmanan, tetapi piring terbang masih jadi andalan. Pola menuny

Review Buku "Rules of Love" by Esty Dyah Imaniar - Sebuah Panduan Cinta Anti Baper (Katanya)

Sejak kapan kepentingan tentang "cinta" perlu ada panduannya? Memang siapa Esty kok berani-beraninya menulis panduan tentang cinta yang berbumbu disclaimer  "NO BAPER BAPER CLUB"? Pacaran saja belum tidak pernah. Patah hati saja belum punya (banyak) pengalaman. Kok bisa-bisanya menulis buku, judulnya "Rules of Love". Ckckck... Bagi sebagian kalangan, topik tentang cinta memang sesempit dunia relasi antara dua manusia berbeda lawan jenis yang memiliki ketertarikan rasa. Padahal, "cinta" bagi orang-orang seperti mba Esty (dan juga saya) memiliki makna yang lebih universal. Cinta kepada sesama manusia tentunya, tapi tidak selalu berkutat pada pasangan. Juga cinta kepada makhluk hidup lain yang ada di dunia ini sebagai bentuk ciptaan-Nya. Saya memang pernah jadi bucin alias budak cinta. Gagal berelasi dengan seseorang, hmm ya beberapa orang sih tapi yang membekas betul hanya seorang (eh tapi bukan berarti saya belum move on lho ya), hingg