Langsung ke konten utama

Pencapaian Hidup yang Kecut dan Mengerucut



Day 4 - Pencapaian tertinggi di hidupmu


Sejak kecil aku dibentuk jadi manusia yang ambisius. Jadi, keliatan sih kalo di sekolah dan di kampus, aku suka semangat berapi-api jadi murid yang aktif. Orang kalo julid, mungkin ngiranya aku berhasrat banget biar stand out.

Nggak usah dibayangin, aku aja kalo keinget suka nggak habis pikir, ternyata aku dulu se-malesin itu. Hahaha kayak kurang woles gitu jadi orang. 

Orang-orang terdekat menilai aku ini adalah sosok dengan tekad yang kuat alias ngeyelan. Kalau mau ini ya ini. Dan aku akan ikhtiar sampai energi terakhirku untuk meraih apa yang aku mau itu. Tentu dengan cara yang halal dan dibenarkan ya... Intinya, kalau aku punya target maka aku akan gigih untuk mewujudkannya. 

Tapi seiring bertambah usia, ada banyak hal yang berubah. Walaupun aku tetap punya banyak keinginan, aku sudah bisa lebih santai dalam berikhtiar dan menaruh harapan. Kenapa demikian? Karena ternyata aku sudah lelah dihantam stres karena target-targetku sendiri, bund. Hehehe

Contohnya, aku sudah tidak lagi berambisi jadi dosen. Kalau memang ada kesempatan, ya okelah aku coba. Tapi udah nggak yang menggebu-gebu seperti sebelumnya. Dulu padahal aku kepengen banget berkarir moncer di dunia pendidikan. Aku pengen aktif nulis ilmiah maupun yang santai di media mainstream. Jadi pembicara di sana sini dengan keilmuan yang aku pelajari sampai hari ini. 

Hal-hal yang aku impikan semacam itu sekarang terasa agak berat dan mustahil terwujud. Setelah punya anak, setelah tahu betapa rumitnya berkarir dengan sistem pendidikan yang ada sekarang, aku semakin mengerucutkan impianku agar tidak terlalu sedih dan menyalahkan keadaan ketika tidak bisa terwujud. 

Ini bukan berarti aku sudah tidak lagi punya kekuatan untuk mengejar pencapaian baru. Aku hanya punya cara pandang baru dalam memberi makna tentang "apa itu pencapaian".

Jadi, kalau sekarang aku ditanya apa pencapaian tertinggi dalam hidup, maka  aku akan membuat list sebagai berikut:

- Menjadi biasa saja

Susah lho ternyata menerima diri untuk menjadi nobody. Apalagi kalau sejak kecil sudah terbiasa dengan kondisi yang selalu high achievement oriented. Kudu ranking di kelas, kudu juara, kudu aktif, kudu prestatif, kudu jadi pemimpin, dsb. Lalu di fase tertentu harus menerima kondisi ketika aku harus jadi manusia biasa, yang bahkan mau memperkenalkan diri ke orang lain aja bingung karena nggak punya afiliasi apa-apa. Tapi ketika aku bisa menerima kondisi ini dengan lapang dada dan bahagia, aku merasa ini sebuah pencapaian besar.

Sebenarnya "menjadi biasa saja" ini sudah dibisikkan oleh suamiku ketika aku kelar sidang tesis 1,5 tahun lalu. Dia memberiku selamat di caption Instagramnya sambil menulis, "bahwa dalam hidup itu yang tidak mudah adalah menjadi orang biasa." Entah dia kesambet apa kok tiba-tiba menulis kalimat itu. Mungkin dia sendiri juga ngos-ngosan melihat ritme istrinya yang ambisius ini hehehe.


- Menertawakan masalah hidup

Aku sering menonton video di kanal YouTube Suhay Salim. Tidak sekedar urusan make up dan skincare saja. Aku juga senang melihat cara berpikir Suhay dalam menghadapi kehidupan yang masya Allah Tabarakallah ini. Dia pernah mengungkapkan kalau masalah itu nggak usah dipikirin sampe ribet setengah mati. Kalau memang masih ada solusinya, ya segera diselesaikan. Kalau emang udah usaha buat mencari solusi kok kayaknya nggak kelar-kelar, ya udah biarin aja. Ntar juga lewat sendiri.

Dari situ aku belajar woles ketika aku ditempa masalah-masalah yang menyebalkan. Dan level selanjutnya, kalau udah dibiarin aja kok masalahnya kayaknya nggak lewat-lewat, ya udah... ketawain aja. Beberapa kawan terdekatku seperti Selvi, Elok, dan Rahma adalah nama-nama yang sering kuajak menertawakan kehidupan. Mereka yang kuanggap level tersinggungnya sama frekuensinya denganku untuk bisa membuat dark jokes of our life tragedy. Dengan demikian, aku merasa healing dan seketika menang atas permasalahan hidupku, dan itulah titik baru atas pencapaianku.

Jadi begitu ya, gaes. Pointless sekali ya? Hihihi

Wah hari ini agak panjang nih. Maaf ya kalo jadi membosankan, semoga tidak kapok berkunjung hahaha. Samjum!


Komentar

  1. Ai lop you! Kamu tetep siapa-siapa di hatiku ♥️ Kita bikin afiliasi sendiri, ngemil club, karena mie ayam club spiritnya sudah diwarisi sama om om 😂

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Info Harga Sewa Gedung Pernikahan (Venue for Wedding Package) di Semarang

Halo, semuanya... Lokasi Alam Indah Resto - dok. pribadi Jumat ini rasanya saya agak buntu ingin menulis apa. Akhirnya saya membuka sebuah forum pertanyaan di IG Story untuk mencari inspirasi, kira-kira tema apa yang menarik untuk saya ulas di blog pekan ini. Beberapa merekomendasikan untuk menulis hal-hal yang sifatnya personal. Ada juga yang menyarankan saya untuk menulis beberapa tema terkait masalah psikologi (mungkin karena dua buku yang saya tulis isu sentralnya psikologi populer ya hehe). Tapi, akhirnya hati saya kok malah condong menulis ini... Hehehe... Sekalian sharing  saja sih. Saya memang sedang mempersiapkan pernikahan. Pun, untuk urusan perkuliahan, saya kebetulan juga concern  untuk meneliti dunia industri pernikahan. Jadi, ya sekali tepuk bolehlah 3-4 urusan bisa diselesaikan. Mohon doanya ya semoga semuanya lancar dan segala sesuatunya dipermudah. Semoga juga nggak ada yang julid doain yang jelek-jelek.. hihi ups... *istighfar* Jadi di sini, saya akan

Konsep Suguhan Pernikahan dan Segala Resikonya

Beberapa hari yang lalu, saya merasa tersentil dengan komik singkat karya mas Dody YW yang diunggah melalui fanspage FB-nya " Goresan Dody ". Jujur, saya merasa tersentil sekaligus baper. Memang apa sih isi komiknya? Nih, berikut media komiknya saya lampirkan: Adab Makan sambil Duduk credits: FP Goresan Dody Sebagai individu yang sejak lahir di Semarang sampai lulus SMA, saya memang lebih familiar dengan konsep pernikahan yang menyuguhkan hidangan secara prasmanan. Para tamu disetting untuk antre makanan dan setelah dapat harus berdiri sambil berdesak-desakan untuk makan. Apakah tidak ada kursi? Biasanya ada, tapi jumlahnya hanya 1/10 dari jumlah undangan yang hadir. Berbeda dengan konsep pernikahan yang ada di Solo Raya (Sukoharjo, Klaten, Wonogiri, Karanganyar, Sragen), pernikahan dengan cara piring terbang masih mudah untuk ditemui. Meskipun beberapa ada yang sudah beralih dengan menggunakan konsep prasmanan, tetapi piring terbang masih jadi andalan. Pola menuny

Resensi Novel "Heart Emergency"

Judul Buku : Heart Emergency Penulis : Falla Adinda Penerbit : Bukune Sesuai sub judul dari novel ini yang bertuliskan "pahit manis cinta dokter muda" dan berbasis "Personal Literature", novel ini mengisahkan seorang Falla yang saat itu masih menjadi ko-ass di sebuah Rumah Sakit yang letaknya jauh dari tempat tinggalnya, memaksa ia untuk menjalani Long Distance Relationship dengan pacarnya saat itu yang bernama Reza tapi biasa dijuluki dengan sebutan Bul. Falla dan Reza telah menjalin hubungan selama 5 tahun. Namun seiring berjalannya waktu, kesibukan dan beban Falla sebagai ko-ass membuat Reza tidak bisa menerima keluh kesah dari kekasihnya tersebut hingga akhirnya mereka memutuskan untuk mengakhiri hubungan kisah cinta mereka yang telah berjalan selama 5 tahun. Sejak saat itu pula Falla menjadi malas dan tidak percaya bahwa Long Distance Relationship itu dapat bertahan lama. Namun keteguhan hati Falla akhirnya luluh saat bertemu Yama. Laki-laki yang