Hanung melihat sosok perempuan yang lebih anggun dari sosok yang ia temui dua tahun yang lalu. Pertemuan terakhir yang sebenarnya tidak memberi arah kepastian pada keduanya, entah harus berpisah atau tetap bersama. Yang ia ingat, dua tahun yang lalu, ia telah membuat seorang perempuan yang dulu begitu ia cintai berlinang air mata di hadapannya. Karena ketidaksetiaannya, karena ketidakpastiannya. "Aku sayang kamu, Hanung." begitu jelas ingatannya ketika Astrid mengiba dan berkata bahwa Astrid begitu mencintainya. Sambil berlinang air mata, Astrid mencoba untuk mengiba, meminta kepastian, menuntut kesetiaan. Kehadiran bidadari lain yang ada di sekitarnya membuat Hanung berhasil menciptakan kecewa di hati perempuan yang dicintainya. "Aku tahu." hanya itu yang bisa Hanung katakan. Tidak ada kalimat 'Aku pun menyayangimu' atau sejenisnya dari mulut Hanung di pertemuan terakhir itu. Ia merasa di persimpangan jalan. Ia butuh kehadiran, Astrid tidak mampu member
sudut pandang, gagasan, dan pikiran receh yang dibekukan dalam tulisan